Saya jadi geli melihat aktivitas putra ke 3 saya. dia begitu
sibuk. Lari-lari dari lapangan, membuka dompet besar yang ada dibawah meja,
kembali lagi kelapangan, kok ga ada capeknya. Dibelakangnya ada yang mengikuti
beberapa bocah sebayanya. Yang mebuat saya geli adalah kegiatan transaksi yang
dilakukan putra saya dan teman-temannya. Apalagi yang dia jual kali ini, batin saya. mengingat
selama ini dari antara putra-putri saya, Firdaus (putra ketiga) lah yang aktif
melakukan kegiatan penjualan. Sepertinya apa saja bisa dijadikan barang
dagangan. Saat musim gambaran, ia rajin memainkannya sampai melimpah ruah
koleksinya, dan ternyata itu semua dilakukan karena ingin menjualnya kembali.
Saat musim layang-layang, ia ikut mengejar layang-layang putus, tapi bukan
untuk dimainkan melainkan dijual. Duh putra saya ini. Ternyata kali ini yang
dijualnya adalah kelereng.
Dia juga terkenal pandai menawar saat belanja dan tak mau
ditawar saat menjual. Saya jadi ingat ketika pak gurunya membeli darinya
boneka untuk dihadiahkan pada kekasih pak guru. Dengan segala macam strategi
pak guru merayu untuk dikurangi harganya, tapi dengan cerdas bocah kelas 3
Sekolah Dasar itu mempertahankan harga dagangannya.
“please Firdaus, kurangi sepuluh ribu aja deh, buat beli
bungkusan kadonya.” Rayu pak guru
“Oh, nanti saya yang beliin kertas kadonya aja pak, buat
bonus, nanti dibungkusin sekalian, ya kan ma?” jawabnya pintar, sambil memberi
kode pada saya. saya tersenyum.
“Firdaus ganteng deh, diturunin dong harganya..” ternyata
pak guru juga belum menyerah.
“wah pak, nanti saya rugi kalo diturunin.”
Dan proses negosiasipun gagal dilakukan pak guru. Ah,
Firdaus… firdaus
***
Saya tidak pernah bercita-cita memiliki anak
dokter atau presiden atau menteri atau pegawai baik PNS maupun Swasta. Saya
menginginkan anak-anak saya menjadi pengusaha SUKSES yang bisa mensukseskan
orang lain.
Betapa Rasululloh SAW, teladan
kita mencontohkan hal itu. Beliau berbisnis sejak usia belia. Mengikuti ekspedisi
dagang keluar Negri bersama paman beliau sejak usia beliau masih sangat muda. Kesuksesan
beliau dalam mengembangkan bisnis Khodijah tidak diragukan lagi, hingga
kemudian menarik hati Khodijah untuk menjadikannya tidak hanya sekedar partner
bisnis.
Berangkat dari Inspirasi tauladan
kita itulah, Maka sejak kecil putra-putri saya, saya libatkan dalam kegiatan yang
berkaitan dengan wirausaha. Saya memulainya dengan pemahaman terhadap uang dan
bagaimana cara mendapatkannya. Mereka tidak diberikan uang jajan sebelum
melakukan upaya.
Saya melihat kebanyakan orangtua
memanjakan anak dengan kemudahan-kemudahan, sekolah diantar sampai pintu masuk
kelas, tas dibawakan, uang jajan besar (malu kalau anak lain jajan, sementara
anaknya melongo). Jadi lumrah kalau anak-anak tak punya daya juang untuk
mendapatkan sesuatu. Lumrah jika jiwa wirausaha tidak tumbuh dalam diri mereka.
Wirausaha itu bukan semata
dagang, tapi jiwa wirausaha itu jiwa kemandirian, jiwa perjuangan, sikap
bertanggung jawab dan semangat memuliakan.
Yuk… tanamkan jiwa kewirausahaan
dalam diri putra-putri kita
Semoga bermanfaat
Salam Cinta Buah Hati (SCBH)
1 komentar:
Ternyata mb Niek ada di sini juga.. Mengasyikan baca ceritanya... Dan yang lebih penting dari sekedar mengasyikan adalah terinspirasi, dan berkaca. Sepertinya saya belum seulet faisal.. hihii
Posting Komentar