Beberapa tahun lalu (saat putra
kedua saya masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, kini ia kelas 7 sekolah
Menengah Pertama) saya menghadiri seminar Ayah Edy berdua putra saya itu. Dalam
sebuah tayangan yang diputar ditengah acara, sebuah cerita sindiran untuk kita
para orangtua (juga pendidik disekolah), tayangan itu berjudul “SEKOLAH PARA
BINATANG”. Dikisahkan di sekolah para binatang, terdapat murid-murid yang
beragam: ada bebek, Elang, harimau, ular, kera dan lainnya. Mereka diajar dengan
kurikulum yang sama. Untuk dapat lulus dari sekolah tersebut mereka harus
memiliki nilai rata-rata 9 untuk semua mata pelajaran, yaitu: berlari,
berenang, memanjat dan terbang.
BEBEK
Ketika mengikuti pelajaran
berlari ia mendapatkan nilai tidak terlalu
memuaskan, namun saat berenang bebek dapat berbangga karena ialah yang paling
hebat diantara teman-temannya. Namun sayang sekali ketika tiba giliran
pelajaran memanjat, sampai babak belurpun, ia tak berhasil menguasainya.
Sementara terbang? Ya dia harus cukup puas dengan nilai 4 saja.
ELANG
Lain bebek, lain pula Elang ia
terpaksa kehilangan banyak bulunya dan nyaris mati, saat mengikuti pelajaran
berenang. Bukan nilai bagus yang ia dapatkan, tapi justru ketidakberdayaan
setelah memaksakan diri pada pelajaran-pelajaran yang tak dikuasainya. Ia hanya
unggul disatu bidang saja, TERBANG.
HARIMAU
Bagaimana pula dengan Harimau?
Nasib Harimau tak jauh beda dengan Elang dan Bebek. Dipelajaran lari, ia tak
terkalahkan. Pada pelajaran memanjat, lumayanlah. Namun ketika pelajaran
berenang dan terbang, Harimau hampir kehilangan nafasnya karena memaksakan diri
untuk bisa hebat pada pelajaran tersebut.
Begitu juga kera dan Ular, mereka
mendapatkan banyak kendala disebagian besar mata pelajaran. Maka diakhir masa
sekolah, ketika ujian digelar, tak ada satupun Murid dari SEKOLAH PARA BINATANG
itu dapat lulus, semuanya GAGAL mendapatkan nilai rata disemua bidang
pelajaran. Bukan hanya tidak lulus, bahkan mereka nyaris mati karena memaksakan
diri menguasai SEMUA KEAHLIAN.
***
Ayah… Bunda…. Kebanyakan orangtua
(saya juga dulu seperti itu) ternyata melakukan hal yang sama seperti yang
dilakukan guru disekolah para binatang. Kita menuntut anak kita untuk pandai
disemua pelajaran. Kita menjadi GALAU ketika salah satu atau salah dua nilai
pelajaran anak kita dibawah rata-rata. Kita MALU kalau anak kita tak dapat
rangking. Maka kemudian kita sibuk sekali memasukkan anak-anak ke LES ini, LES
itu. Sepanjang hari dari senin sampai Sabtu, putra putri kita sibuuuk sekali
dengan kegiatan belajar dan LES. Sementara orangtuanya sepertinya tak sesibuk
putra-putrinya.
Ayah… bunda, bahkan kita sampai
LUPA (LALAI) melihat KEUNGGULAN yang dimiliki buah hati kita, karena saking
sibuknya memacu anak kita menjadi
“RATA-RATA”. Kita juga jadi tak sempat memaksimalkan KEUNGGULAN buah hati kita,
karena fokus pada nilai-nilai yang masih kurang. Saya bukan tidak setuju anak
mendapatkan ranking (putra saya disekolah termasuk rangking 3 besar), tapi saya menyayangkan orangtua yang memaksakan
kehendak untuk membuat anak hebat disegala bidang.
Padahal untuk berhasil dalam
kehidupannya, anak tak memerlukan semua keahlian. Kita hanya memerlukan SATU
“EXPERTICE” untuk bisa SUKSES. Perhatikanlah diri kita sekarang ini. Saya
mengambil contoh diri saya, sebagai seorang PENGUSAHA GARMENT dan PEMBICARA
NASIONAL, saya bahkan tak memerlukan lagi ijazah saya, apalagi nilai yang
terdapat di dalamnya.
Kecuali kalau Anda menginginkan
putra-putri Anda menjadi staf di sebuah perusahaan, akan diperlukan nilai
rata-rata yang tinggi. Namun nilai tinggipun tidak menjamin dapat lolos, karena
kebanyakan perusahaan sekarang ini tidak mencari yang ber IPK tinggi, melainkan
yang memiliki keahlian dan integritas.
Sekali lagi Ayah… bunda saya
bukan ingin melemahkan semangat belajar anak-anak kita, juga semangat Anda.
Jelilah untuk melihat yang UNGGUL dalam diri Anak. Jika ia unggul di olahraga,
jangan paksakan ia untuk menguasai matematika. Jika ia UNGGUL di matematika,
jangan paksakan ia menguasai olahraga. Kalau ia pemikir (konseptor), jangan
paksakan ia untuk menjadi orator.
Kejelian Anda melihat
keunggulannya sejak dini, akan mengantarkan putra-putri anda sukses sejak dini
pula. Tak perlu menunggu setua kita, yang bahkan masih bingung menentukan mau
menjadi apa.
Salam Cinta Buah Hati (SCBH)