Minggu, 20 April 2014

KIAT MENGATASI PROBLEMATIKA ANAK SEHARI-HARI part 2

             Yuk Ayah....Bunda kita lanjutkan membahas tentang permasalahan kita dengan anak-anak tercinta kita, yang terkadang mengaduk-aduk emosi para orangtua. 


II. II. Mengatasi anak yang tidak sabar
Beberapa anak mengembangkan sikap selalu meminta. Mereka menginginkan apa yang diinginkan dan mereka ingin sekarang juga. Jika mereka tidak memperoleh, anak akan menendang dan berteriak sambil merengek sampai yang dikehendaki tersampaikan. Meskipun memiliki keinginan itu alamiah, menyerah pada keinginan anak akan merubah permintaan menjadi tuntutan dan merubah tuntutan menjadi instruksi yang akan mengatur hidup anda sebagai orang tua.
Saya memiliki pengalaman pergi bersama seorang sahabat yang memiliki anak seperti itu. Bundanya benar-benar dikendalikan oleh putranya yang baru 3 tahun umurnya. Betapa tidak,

Senin, 14 April 2014

KIAT MENGATASI PROBLEMATIKA ANAK SEHARI-HARI part 1

Kesaaaallll???? Capeeeeek??? Penaaat???
Mungkin kebanyakan orang tua merasakan keadaan seperti itu, terutama bagi para bunda. betapa tidak, setiap hari dari terbuka mata sampai terpejam lagi, sepertinya masalah anak-anak tak ada habisnya. Ada saja hal yang bisa membuat hati kesal, membuat badan terasa lelah. 
Kalau boleh diibaratkan, kita para orangtua seakan seperti sedang mendaki gunung yang terjal, melelahkan. Terkadang karena rasa LELAH yang sangat itulah, sampai-sampai kita tak mampu mengakhiri hari kita dengan gembira. Bahkan sering pula terjadi rusaknya KOMUNIKASI antara orangtua dan anak disebabkan masalah-masalah anak yang melelahkan itu. Hingga tak jarang ada orang tua yang mengeluhkan begini:
“susah ya ternyata punya anak”, 
“aduh… capppeeeee dech dari pagi sampai malam ngurusin anak melulu”,
“betapa sibuknya setelah punya anak, permintaan anak rasanya tidak pernah berhenti ..”
Bagaimana ayah... Bunda? Anda pernah mengalami hal seperti ini???
Tapi itulah indahnya hidup, ketika kita kita berkeluarga dan kemudian Allah SWT karuniakan putra-putri, selain untuk mendewasakan kita, juga untuk membuat hidup kita berwarna dengan adanya "ULAH" anak-anak kita.

Rabu, 02 April 2014

KEKANAKAN ORANG TUA, YANG MENYEBUT DIRINYA MANUSIA DEWASA

       Pernahkan Anda menuduh putra-putri Anda melakukan sesuatu yang tak mereka lakukan? Misalkan karena pulang sekolah terlambat Anda menyangka putra/putri Anda main-main dengan teman-temannya dulu dan tak langsung pulang padahal mungkin angkutan umum yang biasa dinaiki putra/i Anda mengalami gangguan, atau Anda mencari perkakas Anda yang lupa Anda simpan dimana dengan menuduhkan pada putra/putri Anda bahwa mereka yang memainkannya? Tak jarang kita begitu arogan membuat tuduhan-tuduhan pada anak-anak kita, dan gengsi mengakui kesalahan kita ketika kebenaran terbuka.
tanda cinta hasil karya putri pertama saya "Oryza Sativa"
Ayah Bunda, karenanya saya kutipkan sebuah kisah nyata yang pernah diterbitkan surat kabar ketika itu. Semoga kisah ini dapat makin membuat "kekanakan" kita para orangtua berubah menjadi "kedewasaan".

      Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lainnya

Kamis, 13 Maret 2014

KEAJAIBAN PELUKAN, PELUKAN MEMBUAT PUTRA-PUTRI KITA BERPRESTASI

Dipeluk orang tua? Saya tak ingat persisnya kapan orangtua saya terakhir memeluk saya, tapi seingat saya, sejak saya sekolah tingkat dasar SD, sepertinya tak pernah ada pelukan atau ciuman dari orangtua saya. Saya menceritakan ini bukan karena ingin membuka aib dari orangtua saya. justru ketika pencerahan demi pencerahan saya dapatkan belakangan ini, saya jadi memahami mengapa para orangtua sangat jarang, bahkan ada yang tak pernah sama sekali memeluk anaknya, saat si anak beranjak besar. Dampak dari itu, seperti yang saya rasakan adalah, rasa risih kalau harus memeluk dan dipeluk. Maka sepanjang ketika saya belum mereformasi diri, saya tak pernah memeluk dan tak ingin dipeluk, termasuk memeluk putra-putri saya. Dan saya merasakan keringnya tangki cinta dalam diri saya juga dalam diri putra-putri saya. Akibatnya adalah mereka menjadi anak-anak yang minderan, tak berprestasi (biasa-biasa saja) dan tak bersemangat.

Jumat, 28 Februari 2014

PORNOGRAFI MERUSAK MASA DEPAN ANAK KITA



Lagi-lagi Saya terhenyak dengan sebuah informasi yang diberikan oleh sahabat saya melalui pesan singkatnya yang sangat tidak singkat. Saya memiliki anak-anak usia pra remaja dan remaja, seorang remaja putri dan 3 anak lelaki, dan selama ini saya begitu yakin bahwa mereka dalam kondisi aman terkendali dari bahaya pornografi, tapi begitu saya membaca pesan dari sahabat saya itulah saya menjadi panik tak karuan. Maka saya mulai hunting sana sini, baca buku ini dan itu demi untuk mengetahui secara akurat informasi tersebut. Karena begitu banyaknya yang saya baca dan semangat saya ingin berbagi informasi kepada ayah dan bunda, saya menjadi bingung, mau memulai dari mana.
Sewaktu masih kuliah dulu, jauh sebelum menikah saya sering mengikuti seminar-seminar tentang anak, dengan pemateri bunda Elly Risman dan mbak Neno Warisman. Tapi mungkin karena waktu itu saya belum menikah  maka saya jadi tidak terlalu interest terhadap ilmu-ilmu yang beliau sampaikan ketika itu (dan sekarang saya merasakannya begitu berharga). Dan kini saya seperti merecall kembali ingatan saya tentang berbagai perilaku remaja seperti yang diceritakan dalam seminar bunda Elly.

Mungkin Anda menonton tayangan mata Najwa beberapa waktu lalu dengan bintang tamu Wali kota Surabaya, ibu Risma. Entahlah, biasanya saya jarang sekali nonton televisi apalagi dengan jam tayang diatas jam 8 malam, tapi rupanya Allah menakdirkan saya menyaksikannya untuk sebuah skenario luar biasa. Saya merinding mendengarkan penuturan bu Risma, kagum akan apa yang dilakukan beliau sekaligus bergidik mendengar informasi beliau tentang PSK (Penjaja Seks Komersil), kalau hanya sekedar PSK saya sudah sangat terbiasa mendengarnya, mlahan bukan Cuma mendengar karena keluarga kami (orangtua saya) tinggal dilingkungan lokalisasi, hidup bersama para PSK, melihat tingkah polahnya sehari-hari sampai dengan kuliah

Kamis, 06 Februari 2014

INGIN ANAK MANDIRI, TAPI KOK TAK MEMANDIRIKAN ANAK

Pagi yang sibuk, disetiap kawasan sekolah pemandangan sibuk dipagi bisa kita saksikan setiap hari kecuali hari libur sekolah atau tanggalan merah. Lalu lalang kendaraan roda dua, roda empat (mungkin dibeberapa tempat ada juga yang menggunakan roda 3 ). Semangat para orangtua mengantar putra-putri mereka sekolah memang sangat membanggakan, bahkan saking semangatnya saya pernah mendapati kejadian super unik, seorang ibu mengantarkan anaknya yang bersekolah persis didepan rumahnya dengan menggunakan kendaran bermotor roda dua. Duh saya jadi geleng-geleng kepala. Kalaulah putrinya itu masih dibangku TK atau kelas 1-2 Sekolah Dasar tentu masih bisa difahami ya. Tapi ini, sudah kelas 4 SD.

Senin, 27 Januari 2014

MENGHAFAL JADI MENYENANGKAN












Coreng moreng diwajah anak-anak dan asisten saya adalah salah satu permainan untuk membuat mereka semangat dalam menghafal Al-Qur'an, bisa dilakukan juga untuk belajar sama dan lainnya.

SEKOLAH PARA BINATANG

Beberapa tahun lalu (saat putra kedua saya masih duduk di kelas 2 Sekolah Dasar, kini ia kelas 7 sekolah Menengah Pertama) saya menghadiri seminar Ayah Edy berdua putra saya itu. Dalam sebuah tayangan yang diputar ditengah acara, sebuah cerita sindiran untuk kita para orangtua (juga pendidik disekolah), tayangan itu berjudul “SEKOLAH PARA BINATANG”. Dikisahkan di sekolah para binatang, terdapat murid-murid yang beragam: ada bebek, Elang, harimau, ular, kera dan lainnya. Mereka diajar dengan kurikulum yang sama. Untuk dapat lulus dari sekolah tersebut mereka harus memiliki nilai rata-rata 9 untuk semua mata pelajaran, yaitu: berlari, berenang, memanjat dan terbang.

BEBEK
Ketika mengikuti pelajaran berlari ia  mendapatkan nilai tidak terlalu memuaskan, namun saat berenang bebek dapat berbangga karena ialah yang paling hebat diantara teman-temannya. Namun sayang sekali ketika tiba giliran pelajaran memanjat, sampai babak belurpun, ia tak berhasil menguasainya. Sementara terbang? Ya dia harus cukup puas dengan nilai 4  saja.

ELANG
Lain bebek, lain pula Elang ia terpaksa kehilangan banyak bulunya dan nyaris mati, saat mengikuti pelajaran berenang. Bukan nilai bagus yang ia dapatkan, tapi justru ketidakberdayaan setelah memaksakan diri pada pelajaran-pelajaran yang tak dikuasainya. Ia hanya unggul disatu bidang saja, TERBANG.

HARIMAU
Bagaimana pula dengan Harimau? Nasib Harimau tak jauh beda dengan Elang dan Bebek. Dipelajaran lari, ia tak terkalahkan. Pada pelajaran memanjat, lumayanlah. Namun ketika pelajaran berenang dan terbang, Harimau hampir kehilangan nafasnya karena memaksakan diri untuk bisa hebat pada pelajaran tersebut.
Begitu juga kera dan Ular, mereka mendapatkan banyak kendala disebagian besar mata pelajaran. Maka diakhir masa sekolah, ketika ujian digelar, tak ada satupun Murid dari SEKOLAH PARA BINATANG itu dapat lulus, semuanya GAGAL mendapatkan nilai rata disemua bidang pelajaran. Bukan hanya tidak lulus, bahkan mereka nyaris mati karena memaksakan diri menguasai SEMUA KEAHLIAN.

***
Ayah… Bunda…. Kebanyakan orangtua (saya juga dulu seperti itu) ternyata melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan guru disekolah para binatang. Kita menuntut anak kita untuk pandai disemua pelajaran. Kita menjadi GALAU ketika salah satu atau salah dua nilai pelajaran anak kita dibawah rata-rata. Kita MALU kalau anak kita tak dapat rangking. Maka kemudian kita sibuk sekali memasukkan anak-anak ke LES ini, LES itu. Sepanjang hari dari senin sampai Sabtu, putra putri kita sibuuuk sekali dengan kegiatan belajar dan LES. Sementara orangtuanya sepertinya tak sesibuk putra-putrinya.

Ayah… bunda, bahkan kita sampai LUPA (LALAI) melihat KEUNGGULAN yang dimiliki buah hati kita, karena saking sibuknya memacu anak kita  menjadi “RATA-RATA”. Kita juga jadi tak sempat memaksimalkan KEUNGGULAN buah hati kita, karena fokus pada nilai-nilai yang masih kurang. Saya bukan tidak setuju anak mendapatkan ranking (putra saya disekolah termasuk rangking 3 besar), tapi  saya menyayangkan orangtua yang memaksakan kehendak untuk membuat anak hebat disegala bidang.
Padahal untuk berhasil dalam kehidupannya, anak tak memerlukan semua keahlian. Kita hanya memerlukan SATU “EXPERTICE” untuk bisa SUKSES. Perhatikanlah diri kita sekarang ini. Saya mengambil contoh diri saya, sebagai seorang PENGUSAHA GARMENT dan PEMBICARA NASIONAL, saya bahkan tak memerlukan lagi ijazah saya, apalagi nilai yang terdapat di dalamnya.

Kecuali kalau Anda menginginkan putra-putri Anda menjadi staf di sebuah perusahaan, akan diperlukan nilai rata-rata yang tinggi. Namun nilai tinggipun tidak menjamin dapat lolos, karena kebanyakan perusahaan sekarang ini tidak mencari yang ber IPK tinggi, melainkan yang memiliki keahlian dan integritas.
Sekali lagi Ayah… bunda saya bukan ingin melemahkan semangat belajar anak-anak kita, juga semangat Anda. Jelilah untuk melihat yang UNGGUL dalam diri Anak. Jika ia unggul di olahraga, jangan paksakan ia untuk menguasai matematika. Jika ia UNGGUL di matematika, jangan paksakan ia menguasai olahraga. Kalau ia pemikir (konseptor), jangan paksakan ia untuk menjadi orator.
Kejelian Anda melihat keunggulannya sejak dini, akan mengantarkan putra-putri anda sukses sejak dini pula. Tak perlu menunggu setua kita, yang bahkan masih bingung menentukan mau menjadi apa.


Salam Cinta Buah Hati (SCBH)


Selasa, 21 Januari 2014

EVERY MOMENT WE CAN………………


Saat saya tak keluar kota, atau tidak berangkat aktivitas terlalu pagi, saya programkan untuk mengantarkan putra ke 2 saya yang saat ini masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 7, kesekolah. Saya sendiri yang mengantarnya, bukan asisten atau sopir. 
Moment mengantar anak ke sekolahnya adalah moment yang indah buat saya. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami bisa berduaan saja, mengantar putra ke dua yang sejak Sekolah Dasar saya pilihkan sekolah yang jarak perjalanannya jauh dari rumah. 

Senin, 20 Januari 2014

TETAP SEMANGAT WALAU HARI HUJAN


Musim hujan seperti sekarang ini, membuat anak-anak tetap terjaga setelah sholat shubuh bukan pekerjaan yang mudah. Paling enak setelah pulang dari masjid, bersembunyi lagi dibalik selimut tebal. Hangat.Tapi akibatnya, Ayah Bunda akan mengalami kesulitan membangunkan mereka kembali bukan? Wah bahkan ada  yang membangunkan untuk sholat shubuh saja juga sulit ya, pssstt itu karena kitanya juga sulit bangun saat shubuh. 

Alhamdulillah anak-anak saya secara otomatis bangun sendiri saat Adzan berkumandang (baca juga artikel “TANAMKAN PROGRAM POSITIFAGAR MEREKA TERGERAK OTOMATIS” untuk mengetahui bagaimana agar bisa memiliki mekanisme OTOMATIS BANGUN saat Adzan. 

TANAMKAN PROGRAM POSITIF AGAR MEREKA TERGERAK OTOMATIS



Jam Beker kami sudah lama pensiun. Alarm handphone saya juga sudah tidak diaktifkan lagi.
Dulu untuk membangunkan putra-putri saya, jam beker maupun alarm smartphone sangat diperlukan partisipasinya. Kalau keduanya tidak bunyi, hampir bisa dipastikan kami semua kesiangan ;(. Boro-boro mau membangunkan anak-anak, mamanya sendiri juga ‘LEWAT’.

Tapi kini, Insya Allah kami tak memerlukan lagi alarm atau beker, karena sudah ada “MEKANISME OTOMATIS” yang saya pasang pada setiap putra-putra saya.
Ooops, jangan berpikir aneh-aneh dulu ya ayah, bunda, tidak ada alat khusus yang dipakai kok, juga tidak pakai obat apalagi mantra-mantra, wah bisa dimarahi pak Ustadz dan dijauhi  keberkahan dari Allah SWT.

Minggu, 19 Januari 2014

BERI KEPERCAYAAN, MAKA KREATIVITAS AKAN MUNCUL

Ini cerita saat saya harus keluar kota meninggalkan 3 putra dirumah, tanpa orang dewasa.

Meninggalkan mereka dalam waktu 2 sampai 6 hari memang sudah biasa saya lakukan, bahkan sejak mereka masih sangat kecil, saat putri sulung saya masih duduk dikelas 5 dan harus menjaga adik-adiknya yang masih kecil. Kini si sulung sekolah Boarding, sehingga tinggallah jagoan-jagoan yang sering saya tinggalkan dirumah. Kali ini saya meninggalkan mereka dalam musim penghujan. Walaupun agak khawatiur, tapi saya menguatkan diri untuk tenang dalam menjalankan tugas saya diluar sana. 
Tentu, tidak boleh serta merta kita meninggalkan anak-anak kita tanpa edukasi terlebih dahulu. Ada beberapa tahapan hingga kemudian saya dengan yakin mampu meninggalkan mereka dalam usia yang masih belia.

SI PUTIH DALAM KENANGAN



PUTIH, begitu kami memanggilnya, bukan kucing mahal, ia kucing kampung biasa dengan bulunya yang putih bersih dipadu sedikit coklat muda dibagian kepala dan ekor. Kami tak memeliharanya dari kecil, ia kami bawa dari rumah mbahnya anak-anak (orangtua saya), karena orangtua saya akan pindah rumah dengan lokasi yang jauh, maka si PUTIH kami adopsi.

SI PUTIH kami bawa kerumah kami, dihari pertama kami tak berani membuka pintu maupun jendela, khawatir PUTIH kembali ke rumah "lamanya". Hari kedua ia sudah menyesuaikan dirinya dengan rumah "baru". Hari ketiga, keempat sampai seminggu si PUTIH diam manis tinggal dirumah bermain bersama anak-anak, dia bisa menjadi bahan lelucon kami. PUTIH memanga tipe kucing rumahan yang tidak pernah keluar kemana-mana. Mungkin takut kotor bulunya ya... hehehe, dia juga tipe kucing yang cinta kebersihan, setiap saat ia bersihkan bulunya hingga tak pernah sempat kotoran menempel lama pada bulunya. Rapi Jali dech pokoknya.

Minggu, 12 Januari 2014

YOU WERE WRONG!


“Mrs. Phillips, You were wrong!” itulah jawaban seorang siswa melalui bukunya bertahun-tahun setelah peristiwa yang terjadi disekolahnya. Buku  yang dipersembahkan untuk gurunya Mrs. Phillips yang ditulis untuk menyangkal perkataan gurunya yang salah dalam meramalkan masa depannya. Sebuah pembuktian yang hebat dari seorang siswa yang dianggap tak bisa menjadi apa-apa dalam hidupnya.
Ya, dialah Peter J. Daniels, seorang pengusaha SUKSES yang pernah direndahkan oleh gurunya ketika duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar. Nyonya Phillips ketika itu tak henti-hentinya melecehkan ketidak mampuan Peter Daniels dalam membaca.

Senin, 06 Januari 2014

REWARD AND PUNISHMENT 2

Halo Bunda.... Halo Ayaaah... Apakabaar, wah baru sempat buka blog lagi. Maklumlah ibu rempong, banyak urusannya.

Mau melanjutkan cerita tentang Reward and Punishment, masih pengen tahu ga Bunda???? (mauuu...mauuu...;) )

Ternyata apa yang saya terapkan kali ini, hanya mampu berjalan 4 bulan saja, selanjutnya saya melihat KEBOSANAN pada putra-putra saya. Hadiah buku dan jalan-jalan ke toko buku bukan lagi HADIAH menarik untuk mereka.  Anak-anak mulai melanggar kesepakatan untuk sholat tepat waktu di Masjid. Dan itu membuat saya jadi kecewa, yah kecewa pada diri saya sendiri yang tak mampu mendisiplinkan mereka. Saya jadi kurang bersemangat. kurang lebih satu bulan saya OFF, tidak lagi mendisiplinkan mereka, sampai kemudian sebuah kesadaran menggugah SEMANGAT  saya untuk memulainya lagi. Kalau bukan saya, siapa lagi yang akan membimbing mereka, begitu pikir saya. Kalau tidak dari sekarang, saat mereka masih sangat belia, mau kapan lagi? menunggu mereka dewasa dan menyadarinya sendiri? Wah, terlalu beresiko. ya, kalau mereka menemukan kesadaran, kalau tidak, bagaimana?