Rabu, 25 Desember 2013

REWARD AND PUNISHMENT

TRIAL and ERROR, begitulah saya dalam proses membentuk kebiasaan-kebiasaan baik untuk putra-putri saya. Membuat mereka tepat waktu dalam memenuhi panggilan sholat misalnya. Beberapa cara dari buku maupun seminar saya terapkan untuk membuat anak-anak mau dengan senang hati melaksanakan sholat tepat waktu di Masjid untuk yang putra. Beberapa metode tidak berhasil diterapkan. Mereka masih enggan bergegas pergi ke Masjid, padahal jarak masjid ke rumah sangat dekat.

Suatu kali saya mencoba dengan memberikannya Hadiah (REWARD). Mulailah saya membeli mainan-mainan yang disukai anak seusia mereka, mulai dari robot-robatan besar, mobil-mobilan keren sampai pistol-pistolan untuk hadiah bagi anak yang tepat waktu sholat 5 waktu. 
Dimalam hari setelah selesai mempersiapkan buku sekolah, kami berkumpul untuk membahas dan mengumumkan permainan itu.

Senin, 23 Desember 2013

LIBATKAN ANAK KITA

Mendidik anak adalah tugas belajar yang tiada akhir, betapa tidak, setiap hari atau bahkan setiap saat kita akan terkaget-kaget dengan perkembangan putra-putri kita yang begitu pesatnya. Kadang kita juga bisa belajar dari mereka. Kadang kita juga harus belajar dari kesalahan langkah kita. Seperti yang sering saya alami, Salah langkah. Seperti kejadian ini:
Saya sangat terobsesi agar putra-putri saya menjadi pengusaha seperti saya. Sebagai calon pengusaha, salah satu modal yang harus dimiliki adalah PEDE alias Percaya Diri. Nah, karena kesalahan mendidik dimasa lalu (kesalahan saya maksudnya) maka terbentuklah putra-putri saya yang kurang rasa percaya dirinya.
Karena saya seorang Motivator, maka dengan percaya dirinya saya gunakan kemampuan saya memotivasi audiens saya kepada putra-putri saya. Hasilnya????? Teng tong.... Putra-putri saya semakin tak percaya diri. Duh, muka ini rasanya mau ditaruh dimana ya... Masak anak seorang motivator minderan. DUH.
Kesalahan itulah yang mengantarkan saya pada sebuah perenungan. Jangan-jangan saya ini sombong, arogan pada putra-putri saya. Jangan-jangan saya merasa diri hebat, sehingga melalaikan campur tangan Allah SWT dalam upaya saya. Alhamdulillah kemudian Allah SWT berkenan memberikan teguran pada saya hingga tak berlarut-larut dalam langkah yang salah.

BELAJAR MENJADI ORANGTUA YANG THE BEST

Belajaaar... belajaaaar dan belajar, begitulah seharusnya yang kita lakukan terus menerus oleh kita para orangtua. Bagaimana mungkin kita mampu membawa anak-anak kita menjadi generasi ISTIMEWA yang nantinya mampu memuliakan ORANGTUANYA, jika kita sebagai orangtuanya tak berusaha mengupdate pengetahuan kita?

Putra-putri kita hidup bukan dizaman kecil kita dulu. Semakin banyak tantangan yang akan dihadapinya, semakin deras arus informasi yang menyerbunya. Jika kita membekalinya hanya dengan cara orangtua kita dulu membesarkan kita, maka anak kita bisa jadi tak mampu melesat jauh menjadi manusia diatas rata-rata di zamannya. Dia hanya akan menjadi manusia rata-rata saja. Relakah kita???????

Minggu, 22 Desember 2013

PROGRAM DALAM DIRI ORANGTUA

Belakangan ini kita menyaksikan berita penyiksaan terhadap anak 6 tahun hampir diSemua stasiun televisi di negri kita ini. Setiap orangtua normal pasti miris mendengar berita keji tersebut. dimanakah nurani orangtua itu? begitu kira-kira sebagiannya berkomentar.
Ya. Saya secara pribadi sangat-sangat mengutuk perbuatan orangtua yang tega melakukan perbuatan tersebut.
Ada banyak analisa yang dilakukan berkaitan dengan perilaku orangtua bocah itu. Ada yang mengatakan bahwa peristiwa itu bisa terjadi (dan banyak terjadi dalam keluarga-keluarga lain) karena tekanan ekonomi. Ada yang mengungkapkan karena faktor pendidikan dan masih banyak lagi analisa lainnya.
Diluar itu semua, saya meyakini bahwa faktor ekonomi dan lainnya bukanlah FAKTOR UTAMA, karena menurut saya, faktor-faktor tersebut hanyalah salah satu pemicu dari banyak pemicu yang lainnya.

Ada PROGRAM yang salah dalam diri orangtua tersebut. Program itu tertanam KUAT dalam dirinya, seperti sebuah program komputer yang tinggal dipanggil, maka kemudian ia akan RUNNING. PROGRAM itu terbentuk tidak serta merta, melainkan melalui proses yang panjaaaang. Melalui  Pengalaman masa kecil, pengalaman-pengalaman dari lingkungan atau orang tua, pengalaman yang disertai emosi program itu terbentuk. Dan ketika program itu terpatri dalam diri seseorang, maka ketika muncul sebuah pemicu, maka program itu akan berjalan secara OTOMATIS.
Contoh: ketika kecil orangtua kita membesarkan kita dengan umpatan, setiap hari kita mendengarkan umpatan-umpatan tersebut, maka jadilah ia program dalam diri kita, maka saat kita memiliki buah hati, PROGRAM itu RUNNING.
Jika dalam perjalanan hidup, kita kemudian mendapatkan banyak pencerahan-pencerahan yang tepat, maka program tersebut dapat terkikis. Seberapa besar terkikisnya tergantung upaya kita dalam meng UNINSTALL program tersebut dari dalam diri kita.

semoga bermanfaat


Kamis, 17 Oktober 2013

YUK BERI MEREKA TELADAN 2

Melanjutkan artikel sebelumnya, tentang cara saya membuat anak-anak berlomba-lomba untuk sholat tepat waktu di Masjid.

Memang memberikan teladan adalah cara yang sangat jitu untuk membuat putra putri kita mudah melakukan yang kita minta. Namun bunda, bukan berarti semuanya berjalan mulus tanpa hambatan lho. Allah pasti akan menguji kesabaran dan kesungguhan kita.

Trial and error juga terjadi pada  cara yang saya terapkan. Suatu kali saya menggunakan metode pemberian reward kepada ketiga putra saya. Rewardnya adalah mainan mobil-mobilan, robot keren dan beberapa jenis mainan kesukaan anak lainnya, saya pikir setiap anak akan termotivasi melakukan sesuatu bila diberi hadiah mainan.
Tapi ternyata perkiraan saya meleset, karena tak satupun putra saya tertarik dengan berbagai jenis mainan tersebut. Sayapun melakukan penggalian kepada ketiganya (ini hanya untuk anak putra saja), dan akhirnya didapat kesimpulan bahwa mereka lebih suka bila diajak ke sebuah toko buku besar, untuk membaca-baca buku koleksi toko buku tersebut.

Dan setiap anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang tidak bisa disamaratakan dalam mensikapinya.
Dan hebatnya anak-anak kita itu mampu membaca dan memanfaatkan kelemahan konsistensi kita, manakala kita membuat peraturan yang berubah-ubah.

Begitu pula yang saya alami, ada inkonsistensi dalam pemberian reward, sehingga mereka kembali bermalas-malasa. Perlunya kita sebagai bunda belajar terus menerus adalah karena setiap saat akan kita temui kendala dalam mendidik anak-anak kita. Dan yang lebih penting lagi adalang pentingnya pendekatan kepada Allah SWT secara sungguh-sungguh, dibuktikan dengan meningkatnya kualitas ibadah ritual kita. Itu Obat paling mujarab dalam menghadapi anak-anak kita.

Selasa, 08 Oktober 2013

YUK BERI MEREKA TELADAN

Tidak ada lagi teriakan,
"maaaaas sholaaaat..."
"Deeeeek sholaaat...."
Dulu, aku harus berteriak seperti yang dilakukan kebanyakan para Bunda agar putra-putriku mau menunaikan sholat lima waktu. Rasanya sulit sekali meminta mereka untuk segera melaksanakan sholat. Ada-ada saja alasan yang dikemukakan.
"laper ma, makan dulu." begitu kadang alasannya untuk bisa menunda sholat, padahal kalau diminta makan alasannya tidak lapar, atau
"mau mandi dulu ma,"begitu dalihnya, lalu menghilang setelah mandi.
Dan masih banyak lagi cara untuk menghindar melaksanakan sholat 5 waktu.
Tapi itu dulu Bunda, tidak untuk sekarang dan mudah-mudahan seterusnya demikian. Kini setiap adzan berkumandang putra-putraku bergegas dan berlomba-lomba mencapai masjid sebelum Adzan selesai berkumandang. Kini tidak ada lagi teriakan, seperti yang masih dilakukan sahabat-sahabat, atau tetangga kami.
Bagaimana dengan Bunda?Apakah Bunda masih harus meminta putra putri Bunda sholat? Wah tentu tak nyaman sekali ya. Yuk dengar cerita saya, mengapa kini putra putri saya dengan ringan dan senang hati melangkah ke Masjid.
***

Penyakit pertama yang teridentifikasi dan menyebabkan sulitnya saya meminta mereka sholat adalah "SAYA", bunda mereka. Yup, saya juga sering bahkan bisa dikatakan hobby menunda waktu sholat. Astaghfirullohal 'Adziiim.
Darimanakah teladan bisa mereka dapatkan kalau saya, orang pertama dalam hidup mereka, yang dilihatnya setiap hari tidak melakukan apa yang dimintakan pada anak-anak? Sungguh tidak adil bagi anak-anak, kita orang dewasa menuntutnya berlaku taat, sementara orang dewasa tak memberinya contoh.
>> Maka hal pertama yang saya lakukan adalah memperbaiki sholat saya, mulai dari ketepatan waktu sholat, hingga kualitas bacaannya.
>> Dalam sholat itulah saya mohon ampunan, karena telah mendholimi anak-anak saya dengan perlakuan tidak adil saya yang hanya bisa menuntut. Dalam doa saya menangis dan sungguh-sungguh ingin memperbaiki diri.
>> Saya melakukan perbaikan secara konsisten selama 3 bulan, menepatkan dan sepanjang waktu itu pula saya tidak berteriak meminta anak-anak menunaikan sholat, saya memintanya dengan damai tanpa memaksa, walaupun sering ditolak. Sungguh tidak adil jika saya memaksa mereka, padahal saya baru menemukan kesadaran saja sudah setua ini.


To be Continue.....






 


YUK BELAJAR DAN BELAJAR LAGI

"Maaaas..... sholat."
"Deeeek..... mandi....."
"kakaaaaak..... belajar...."
hampir setiap hari selama bertahun-tahun aku melakukan ritual "menyebalkan" itu, maksudnya "menyebalkan" bagi anak-anak. Saya yakin banyak diantara bunda yang melakukan hal serupa dengan yang kulakukan. Mungkin dengan versi yang berbeda. Bayangkan betapa be te nya putra putri tercinta kita dengan kebawelan kita itu.

Dan jelas sangat tidak efektif apa yang kulakukan selama bertahun-tahun. Yang terjadi bahkan timbul rasa kesal, jengkel, jika anak-anak tidak segera melakukan yang kita inginkan. Duh, suasana rumah jadi tidak nyaman. Semakin besar putra putri kita, semakin pandai pula membuat argumen untuk setiap yang kita minta lakukan. Aku benar-benar terjebak dalam ritual yang membuat lelah hati dan fikiran.
Aku mulai mengevaluasi caraku mendidik mereka. Yah, selama ini aku mendidik mereka dengan ilmu ala kadarnya, sehingga kelelahan yang kudapat.
Aku mulai membaca banyak buku tentang pendidikan anak, mengikuti seminar, likakarya, workshop dan lain sebagainya. Aku juga semakin sering bersilaturrahmi kepada keluarga-keluarga yang memiliki putra putri seusia putra putriku, dari mereka aku bisa belajar banyak cara yang bisa aku jadikan acuan untuk menangani putra putriku.

Berbulan-bulan kemudian hasil dari upaya belajarku membuahkan hasil.
Akan ku ceritakan pada bunda semua bagaimana kemudian aku dan putra putriku memperbaiki keadaan dalam rumah kami.
Bunda, kita adalah sekolah pertama bagi putra putri kita, sebagai sekolah sudah selayaknyalah kita mengupgrade terus menerus ilmu yang kita miliki agar kita tak lagi menggunakan ilmu yang itu-itu saja dalam mendidik putra-putri kita. Yuk Belajar lagi dan lagi, pantaskan diri kita untuk menjadi Bunda yang disayangi dan disegani putra putri kita.

Salam Cinta Buah Hati (SCBH)





Senin, 07 Oktober 2013

MATEMATIKA PRA SEKOLAH PART 3

Apa kabar Bunda???? Bagaimanakah perkembangan buah hati Bunda saat ini.
Untuk Bunda yang memiliki putra/putri di bawah usia 5 tahun, tentu repot ya? tapi kerepotan itu terbayar dengan sikap lucu mereka ya Bun?
Rinduuuu kalau tak berjumpa walau cuma beberapa jam saja.

Saya ingin melanjutkan tips mengenalkan MATEMATIKA bagi bunda yang masih memiliki putra/putri pra sekolah, semoga dapat dijadikan sebagai salahsatu sarana bermain kreatif dan edukatif ya bunda. Selamat mempraktekkan...................



LIHAT LAGI, LIHATLAH  BERKALI-KALI
( mendeskripsikan obyek dengan teliti)

Bahan : benda-benda yang menarik perhatian anak (di luar ruangan) seperti daun, kerang, batu, bisa juga bintang atau apa saja yang ingin diteliti.

Minggu, 06 Oktober 2013

BELAJARLAH BERSYUKUR NAK






"Ma... kakak-kakak itu kenapa?" putra ke2 ku menyenggol lenganku sambil menunjuk meja disebrang kami. Terlihat olehku beberapa anak muda yang sedang asyik berbincang, tapi......
Aku tertegun, mereka berbicara tidak seperti biasanya. Apa mereka sedang bercanda dengan teman-temannya, batinku.
"bercanda mungkin mas." jawabku pada putraku
"Betulan bu." sahut seorang bapak muda yang duduk satu meja dengan kami.
"maksudnya?" aku belum mengerti yang dimaksudnya.
"mereka dari komunitas tunarungu, tunawicara,"jelasnya, putraku ikut menyimak,"pengantinnya juga tunarungu, tunawicara." lanjutnya lagi. kami terbelalak.

Rabu, 02 Oktober 2013

DUH BUNDA.......


Pernah lihat pemandangan seperti foto diatas???
Haaaah??? Seriiiing??? Duh!
Untuk kesekian kalinya saya menyaksikan pemandangan seperti itu. Seperti pagi ini saat mengantarkan putra ke 2 saya sekolah. Seorang ibu mengendarai motornya, melaju dengan kecepatan yang tidak lambat menurut saya. Bukan, bukan dijalan kompleks perumahan, atau digang , tapi dijalan protokol yang ramai dengan kendaraan-kendaraan, bahkan saya liat truk besar juga melaju disana.
Perhatikanlah yang diapit kaki bunda itu.
Yup, Anda benar bunda.... Seorang anak kecil berdiri bersandar diperut bundanya, menghadap sang bunda. Saya menaksir usianya baru kisaran satutahunan, dilihat dari tinggi bocah itu.
Bundanya terjamin dengan helm rapi dan jaket lumayan tebal... sementara anak itu???

Duh Bunda jadilah bijak dalam berkendara. Sayangilah putra putri ANda, keselamatan juga menjadi hak mereka.

Salam Cinta Buah Hati (SCBH)


note:
 foto saya ambil menggunakan ponsel dalam laju kendaraan 30 km perjam

Selasa, 01 Oktober 2013

MATEMATIKA PRA SEKOLAH Part 2

Bagaimana Bunda? sudah dipraktekkan belum tips pada artikel yang lalu? Nah ini lanjutan tips n trik berikutnya untuk putra-putri bunda yang masih belum sekolah. Biarpun dirumah, anak-anak tetap bisa cerdas matematika bersama Bunda.
selamat mencoba.......



GOTONG ROYONG YUK!

Bahan: anda sekeluarga beserta lingkungan

PETUNJUK:

Selasa, 23 Juli 2013

MATEMATIKA PRA SEKOLAH part 1




            Matematika ternyata bukan hanya menjadi urusan guru semata. Orangtua juga dapat berperan aktif, khususnya diwaktu prasekolah. Banyak kesempatan bagi orangtua untuk mengenalkan berbagai konsep dan prinsip dasar matematika sejak dini pada anak.
            Nah berikut ini ada beberapa permainan yang dapat dicobakan pada anak sambil bermain dan bekerja. Permainan ini melatih anak mengenal pola atau konsep dasar matematika. Seperti konsep waktu, besar kecil, panjang pendek, sosialisasi dan lainnya.

INI KELOMPOK APA?

Bahan: sepertinya tidak memerlukan membeli bahan. Cukup memanfaatkan barang-barang seperti sendok plastic, tutup kaleng susu plastic, kerang ( kalau ada ), kunci, tutup botol, kancing baju dan lain-lain.

PETUNJUK:
Bersihkan meja agar konsentrasi anak tidak terpecah. Sambil menceritakan koleksi milik orang tua, berilah koleksi tersebut satu persatu. Mintalah anak memilah sesuai jenis benda dan anjurkan untuk mengelompokkannya. Anak mungkin akan mengalami kesulitan memahami instruksi anda. Katakannlah : pilih kancing yang sama dan beri contoh sambil menunjuk,”ini kelompok kancing berbentuk lingkaran”, “ini kelompok kancing baju berlubang dua” dan seterusnya.

Semoga Bermanfaat



bersambung..............

 
 

Senin, 22 Juli 2013

PENTINGNYA BELAJAR BAGI ORANG TUA

Sahabatku para orang tua atau calon orang tua. kita memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak-anak kita, dari segala aspek. Baik aspek sikap, spiritualitas, maupun pendidikannya. Menyadari keterbatasan kemampuan saya sebagai orang tua ketika itu, maka saya berusaha keras untuk dapat mengikuti seminar-seminar tentang mendidik anak. Ada banyak pelatihan mendidik anak yang saya ikuti. Dan saya ingin berbagi kepada para orangtua yang membaca blog saya ini, tentang ilmu yang pernah saya terima dan yang masih saya ingat.

Alhamdulillah sebagiannya sudah dipraktekkan terhadap putra-putri saya. Sebagiannya lagi....he he he ada yang terlewat dipraktekkan.

Tidak ada kata berhenti memang dalam menuntut Ilmu, terutama Ilmu mendidik anak. Kualitas putra-putri kita ditentukan salahsatunya oleh kesungguhan kita dalam menuntut ilmu mendidik mereka... tentunya tidak hanya sekedar menuntut ilmu lho, tapi juga dipraktekkan.

Sabtu, 20 Juli 2013

SEBUAH RENUNGAN UNTUK KITA ORANGTUA



Ini adalah sebuah renungan untuk kita para orang tua,  agar selalu berusaha yang terbaik dalam mendidik putra putri kita. Tidak serta merta menyalahkan satu pihak, jika hal seperti ini terjadi dalam lingkungan kita.

Kasih Sayang Seorang Ibu

Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu.
Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam.

Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan.
Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu.

Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang.
Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai.

Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna.
Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan.

Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah.
Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah.