Yuk Ayah....Bunda kita lanjutkan membahas tentang permasalahan kita dengan anak-anak tercinta kita, yang terkadang mengaduk-aduk emosi para orangtua.
II. II. Mengatasi
anak yang tidak sabar
Beberapa anak
mengembangkan sikap selalu meminta. Mereka menginginkan apa yang diinginkan dan
mereka ingin sekarang juga. Jika mereka tidak memperoleh, anak akan menendang
dan berteriak sambil merengek sampai yang dikehendaki tersampaikan. Meskipun
memiliki keinginan itu alamiah, menyerah pada keinginan anak akan merubah
permintaan menjadi tuntutan dan merubah tuntutan menjadi instruksi yang akan
mengatur hidup anda sebagai orang tua.
Saya memiliki pengalaman pergi bersama seorang sahabat yang memiliki anak seperti itu. Bundanya benar-benar dikendalikan oleh putranya yang baru 3 tahun umurnya. Betapa tidak,
saat kami masih di jalan tol, anak tersebut meminta makanan ringan yang tak tersedia dikendaraan saya, alhasil sang bunda tak bisa mengabulkan permintaan anak itu, sementara rest area masih beberapa kilo lagi didepan. Yang sangat mengejutkan adalah yang dilakukan bocah balita tersebut. Ia mencakar wajah bundanya, menendang, menjerit, mengumpat dengan kata-kata kotor. Pffffffhhhh.... saya merinding melihatnya. Astaghfirulloh....
Anda mungkin pernah melihat adegan seperti itu?? Bahkan ada yang berguling-guling di tengah banyak orang di Mall atau pasar. Eits, jangan-jangan ternyata putra/putri anda yang seperti itu (saya berharap tidak).
Lalu apa yang harus kita lakukan, kalau kita memiliki anak yang tidak sabaran?
Ada beberapa
alasan mengapa anak terus menerus meminta sesuatu (permen di warung, sesuatu
untuk dimaka, minta perhatian yang terus menerus, mainan baru atau cerita yang
lain) dan menangis berguling-guling sambil berteriak histeris (istilah
psikologisnya tempertantrums) jika anak tidak memperolehnya. Alasan utama
adalah anak tahu betul bahwa ia harus mencari ide yang bisa menimbulkan
kerepotan orang tuanya sehingga keinginannya akan dituruti. Kadang-kadang anak
selalu ingin ..ingin ..ingin sebab anak selalu dituruti .. dituruti ..dituruti.
Jika orang tua
mengatakan tidak ketika anak minta permen di lorong ke dua di super market
kemudian mengatakan ya di lorong ke empat karena tidak tahan dengan tekanan
anak berarti anda telah memperkuat tingkah laku merengek.
Unntuk mengatasi
anak yang keinginannya harus selalu dituruti, anda harus belajar untuk berkata
‘tidak’ jika anda memamng bermaksud mengatakan ‘tidak’ dan kemudian jangan
berubah pikiran. Hal ini memang tidak mudah, khususnya jika orang tua terlalu sibuk dan tidak bisa selalu bersama anak.Namun itu dapat dilatihkan.
1. Merubah pengalaman anak.
Meskipun anak
sudah terbiasa dengan pemuasan instan keinginannya, orang tua dapat
merubah pengalaman anak yang selama ini menjadi dasar
harapannya.
Pertama, gunakan
pendekatan tim. Siapa saja yang mendidik anak atau yang menjadi orang penting
bagi anak harus membantu merubah tingkah laku anak, termasuk baby sitter atau
kakek nenek. Kata-kata seorang kakek seperti “mbok ya sudah, berilah ia permen”bisa membuat tantrum anak semakin
keras karena merasa dibela (mendapat perhatian). Sebaiknya setiap orang yang
banyak berhubungan dengan anak berusaha mengikuti rencana orang tua dan
membantu merubah pola tingkah lakunya. Jika orang-orang tersebut sulit untuk
diajak kerjasama maka sebaiknya untuk sementara waktu kurangi kontak anak dengan
individu tersebut. Karena anak akan belajar bahwa orang tua dengan lingkungan
berbeda.
Kedua, evaluasi
peran kehadiran orang tua. Anak akan dengan mudah menjadi terbiasa menerima
hadiah dan hak-hak istimewa jika orang tua menggunakan hadiah sebagai ganti dari
ketidakhadiran orang tua secara fisik. Adanya perasaan bersalah dari sebagian
ibu yang punya banyak kesibukan di luar rumah membuat ibu berusaha mengganti
perhatian yang seharusnya diberikan kepada anak dengan hadiah-hadiah. Juga
untuk mengatasi protes anak atau merupakan cara untuk mengekpresikan cinta pada
anak. rubahlah kebiasaan ini dengan lebih tulus jika anak sedang tidak menuntut
atau meminta sesuatu. Kemudian lengkapilah momen special ini dengan janji akan
membacakan cerita sebelum tidur, main bersama atau sekedar ngobrol tentang
kejadian pagi dan siang hari. Biarkan anak tahu bahwa ia dicintai dan berharga
di mata orang tua dan orang dewasa lainnya (kakek, nenek, baby sitter, guru).
Dan yang penting adalah membuat perencanaan untuk merubah pola tingkah laku anak, juga yang tak kalah penting adalah perubahan diri Anda. Jika kita ingin putra-putri kita berubah, maka mulailah merubah tingkah kita pula.
Pertama, bersiaplah di mana saja ketika
serangan permintaan anak muncul.
Jika anda sedang di super market misalnya,
ketika serangan datang pertama hindari tempat umum jika anda ingin konsisten
dan tegas menolak permintaan anak. Dan juga menghindari rasa malu akibat tantrum
anak yang menarik perhatian anak. Kemudian pada kunjungan ke seuper market
berikutnya, katakan pada anak bahwa ibu hanya akan membeli yang ada di catatan
belanja. Tawarkan kepada anak apa yag akan dibeli tambahkan pada catatan
belanja anda. Kemudian pujilah anak atas kerjasamanya.
Kedua, tegaslah dengan keputusan anda.
Ulangi
aturan yang telah ditetapkan – tidak ada pembelian selain yang sudah tercatat –
sebelum pergi ke toko. Jika anak minta sesuatu berhentilah sejenak dan berikan
komentar“makanan ini tidak baik bagi
kamu”. Ingat!Jangan pernah berubah pikiran. Tita, 4 tahun senangnya
merengek meminta kue-kue, bundanya mengatakan bahwa Tita boleh membeli
satu apa yang ia inginkan. Ternyata ia ingin membeli buku cerita. Untuk
memperoleh buku, Tita tidak boleh merengek minta dibelikan ini dan itu.
Jika Tita bisa tenang maka ibu akan membelikan buku.
Ketiga, komunikasikan peraturan dan
keputusan secara jelas, katakan apa yang boleh dan tidak boleh bagi anak.
Jika anak anda minta permen beberapa menit sebelum makan siang tiba, katakan kepada
anak dengan cara memandang langsung ke matanya. Gunakan nada bersahabat dan
kata-kata yang sederhana dalam memberikan penjelasan. “kalau kakak makan permen, nanti makan siangnya tidak bisa masuk karena perut kakak sudah kenyang. Setelah makan
siang kakak boleh makan permen”.
Keempat, gunakan pujian.
Dengan secara
bertahap anda "menyapih" anak dengan menolak makin banyak permintaan dan
mengajarkan anak untuk menunggu saatnya datang apa yang diinginkannya, jangan
lupa memuji anak atas usahanya untuk bekerja sama khususnya menerima kata
penolakkan “tidak”. Sekali-kali boleh memberi kejutan untuk anak dengan
memberikan sesuatu yang biasa diminta anak sebelum anak memintanya. Namun
jangan jadikan kebiasaan karena anak akan mengharapkan dan anda akan kembali
memperbaikinya.
Kelima, catat kemajuan anak.
kemajuan
anak sebaiknya dicatat. Berapa kali anak meminta dengan tenang penolakan
ibunya. Dengan mencatat, Anda akan tau perkembangan anak. Biasanya kita para orangtua malas mencatat, lalu menggunakan prakiraan terhadap progress putra-putri kita. Maka tak heran sering muncul kata-kata. "Perasaan mama, kamu kok ga berubah-berubah ya."
2. Belajar untuk mengurai permasalahan.
Menghadapi serangan badai
tantrum dan tingkah laku antisosial (yang tidak sesuai dengan situasi) anak
membutuhkan kesabaran dan ketegasan. Tidak ada jalan lain kecuali bertahan
dengan keputusan yang sudah diambil. Jika anda mengajak anak makan di restoran.
Kemudian salah satu anak merengek minta tempe yang kedua sebelum memakan sama
sekali tempe yang pertama. Katakan “tidak
ada tempe lagi, makan tempe ini dulu”. Jika anak mulai tantrum bawa anak
keluar dan tidak masuk sebelum ia diam dan berjanji untuk bekerja sama. Jika
anak tenyata tidak dapat diajak kerjasama, bawalah anak pulang. Katakan kepada
anak lain bahwa kita akan kembali kerestoran ini lagi. Tinggalkan anak dengan ayahnya
dan kembali ke restoran.
Di lain
kesempatan anda bisa membawa anak tersebut untuk memberikan kesempatan bagi
anak menunjukkan sikap kerjasmanya.
Nah, Ayah... Bunda itulah pembahasan cara mengatasi problematika anak sehari-hari, utamanya bagi ayah dan bunda yang masih memiliki putra-putri kecil. Karena berbeda lagi dengan penanganan untuk anak pra remaja dan remaja, nanti lain waktu akan kita bahas juga kiat mengatasi problematika anak pra remaja dan remaja.
Masih to be continue lho......
Semoga bermanfaat
SALAM CINTA BUAH HATI (SCBH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar