Rabu, 02 April 2014

KEKANAKAN ORANG TUA, YANG MENYEBUT DIRINYA MANUSIA DEWASA

       Pernahkan Anda menuduh putra-putri Anda melakukan sesuatu yang tak mereka lakukan? Misalkan karena pulang sekolah terlambat Anda menyangka putra/putri Anda main-main dengan teman-temannya dulu dan tak langsung pulang padahal mungkin angkutan umum yang biasa dinaiki putra/i Anda mengalami gangguan, atau Anda mencari perkakas Anda yang lupa Anda simpan dimana dengan menuduhkan pada putra/putri Anda bahwa mereka yang memainkannya? Tak jarang kita begitu arogan membuat tuduhan-tuduhan pada anak-anak kita, dan gengsi mengakui kesalahan kita ketika kebenaran terbuka.
tanda cinta hasil karya putri pertama saya "Oryza Sativa"
Ayah Bunda, karenanya saya kutipkan sebuah kisah nyata yang pernah diterbitkan surat kabar ketika itu. Semoga kisah ini dapat makin membuat "kekanakan" kita para orangtua berubah menjadi "kedewasaan".

      Siu Lan, seorang janda miskin memiliki seorang putri kecil berumur 7 tahun, Lie Mei. Kemiskinan memaksanya untuk membuat sendiri kue-kue dan menjajakannya di pasar untuk biaya hidup berdua. Hidup penuh kekurangan membuat Lie Mei tidak pernah bermanja-manja pada ibunya, seperti anak kecil lainnya

     Suatu ketika dimusim dingin, saat selesai membuat kue, Siu Lan melihat keranjang penjaja kuenya sudah rusak berat. Dia berpesan agar Lie Mei menunggu di rumah karena dia akan membeli keranjang kue yang baru.

     Pulang dari membeli keranjang kue, Siu Lan menemukan pintu rumah tidak terkunci dan Lie Mei tidak ada di rumah. Marahlah Siu Lan. Putrinya benar-benar tidak tahu diri, sudah hidup susah masih juga pergi bermain dengan teman-temannya. Lie Mei tidak menunggu rumah seperti pesannya.

     Siu Lan menyusun kue kedalam keranjang, dan pergi keluar rumah untuk menjajakannya. Dinginnya salju yang memenuhi jalan tidak menyurutkan niatnya untuk menjual kue. Bagaimana lagi ? Mereka harus dapat uang untuk makan.

     Sebagai hukuman bagi Lie Mei, putrinya, pintu rumah dikunci Siu Lan dari luar agar Lie Mei tidak bisa pulang. Putri kecil itu harus diberi pelajaran, pikirnya geram. Lie Mei sudah berani kurang ajar.

     Sepulang menjajakan kue, Siu Lan menemukan Lie Mei, gadis kecil itu tergeletak di depan pintu. Siu Lan berlari memeluk Lie Mei yang membeku dan sudah tidak bernyawa.. Siu Lan berteriak membelah kebekuan salju dan menangis meraung-raung, tapi Lie Mei tetap tidak bergerak. Dengan segera, Siu Lan membopong Lie Mei masuk ke rumah.

     Siu Lan menggoncang- goncangkan tubuh beku putri kecilnya sambil meneriakkan nama Lie Mei. Tiba-tiba jatuh sebuah bungkusan kecil dari tangan Lie Mei. Siu Lan mengambil bungkusan kecil itu, dia membukanya. Isinya sebungkus kecil biskuit yang dibungkus kertas usang. Siu Lan mengenali tulisan pada kertas usang itu adalah tulisan Lie Mei yang masih berantakan namun tetap terbaca ,"Hi..hi..hi. . mama pasti lupa. Ini hari istimewa buat mama. Aku membelikan biskuit kecil ini untuk hadiah. Uangku tidak cukup untuk membeli
biskuit ukuran besar. Hi…hi…hi.. mama selamat ulang tahun."

***

     Ayah... Bunda, mari kita belajar dan terus belajar menjadi orang tua yang dewasa dan bijaksana. Telah banyak kesalahan yang kita lakukan dalam membesarkan putra-putri kita. Telah banyak sikap kekanakan yang kita pertontonkan dihadapan putra-putri kita. Jangan hanya ingin dimengerti oleh putra-putri kecil kita, belajarlah mengerti bahwa mereka bukan orang dewasa mini yang harus memahami Anda yang notabene telah jauuuuuh lebih dahulu menjadi manusia dewasa, yang jauuuuuh lebih banyak mendapatkan pelajaran-pelajaran. Mereka baru mengenyam beberapa tahun bangku sekolah, sementara Anda mungkin sudah S1, S2 atau S3. 

     Mari kita sama-sama menguatkan pendidikan penuh cinta pada putra-putri kita. Masa depan mereka tergantung pada bagaimana Anda mendidiknya sejak usia dini mereka. 

Yuk, Bagikan Artikel ini pada para orangtua atau pendidik yang masih tidak adil memperlakukan buah hatinya, agar tak ada penyesalan seperti penyesalan  Siu Lan. Semoga kisah nyata itu mampu mengetuk hati-hati para orangtua yang masih bersikap arogan pada putra-putrinya.

Semoga Bermanfaat.
Salam Cinta Buah Hati (SCBH)

Tidak ada komentar: