Kesaaaallll???? Capeeeeek??? Penaaat???
Mungkin kebanyakan orang tua merasakan keadaan seperti itu, terutama bagi para bunda. betapa tidak, setiap hari dari terbuka mata sampai terpejam lagi, sepertinya masalah anak-anak tak ada habisnya. Ada saja hal yang bisa membuat hati kesal, membuat badan terasa lelah.
Kalau boleh diibaratkan, kita para orangtua seakan seperti sedang mendaki gunung yang terjal, melelahkan. Terkadang karena rasa LELAH yang sangat itulah, sampai-sampai kita tak mampu mengakhiri hari kita dengan gembira. Bahkan sering pula terjadi rusaknya KOMUNIKASI antara orangtua dan anak disebabkan masalah-masalah anak yang melelahkan itu. Hingga tak jarang ada orang tua yang mengeluhkan begini:
“susah ya ternyata punya anak”,
“aduh… capppeeeee dech dari pagi sampai malam
ngurusin anak melulu”,
“betapa sibuknya setelah punya anak, permintaan anak
rasanya tidak pernah berhenti ..”
Bagaimana ayah... Bunda? Anda pernah mengalami hal seperti ini???
Tapi itulah indahnya hidup, ketika kita kita berkeluarga dan kemudian Allah SWT karuniakan putra-putri, selain untuk mendewasakan kita, juga untuk membuat hidup kita berwarna dengan adanya "ULAH" anak-anak kita.
Betapa indahnya Islam dalam memandang kedudukan Anak:
1. Anak
adalah amanah Allah SWT kepada orang tuanya
Sehingga orang
tua yang mendapatkan amanah mempunyai kewajiban menjaga/memelihara amanah
sesuai dengan pesan pemberi amanah.
2. Anak
merupakan rezeki/karunia.
Sering kita
membedakan rezeki harta dan rezeki anak.Semua kita insyaAllah tidak tergolong
orang yang tersenyum bahagia hanya jika mendapatkan kelapangan materi.Anak
dengan segala masalahnya juga harus disenyumi.
3. Anak
adalah rahmah dan barokah dari Allah SWT.
Artinya, mereka
merupakan kebaikan yang diberikan Allah SWT kepada orang tuanya.
Jadi,
persepsi/cara pandang orang tualah tentang apa dan siapa anaknya yang
mempengaruhi bagaimana orang tua mendidik anaknya, dengan perubahan
persepsi orang tua tentang anak-anaknya akan membuat kita lebih releks dalam
menghadapi problema anak sehari-hari. Apalagi proses perkembangan anak belum
final.
Nah, ada 3 masalah menonjol yang sering kita jumpai dalam keseharian kita. Saya akan membahasnya untuk ayah dan bunda dalam 2 bagian, semoga kita bisa terus belajar bijak dalam menghantarkan anak-anak kita menjadi MANUSIA mulia yang MEMULIAKAN.
I. ANAK YANG ENGGAN MEMBANTU PEKERJAAN RUMAH TANGGA
Bagi orang tua
(yang ridho dengan perannya sebagai orang tua) pekerjaan rumah tangga
sehari-hari bukanlah tugas yang berat.Tapi bagi anak sering menganggap
pekerjaan rumah tangga yang dilimpahkan kepadanya menyulitkan dan tidak
menyenangkan. Apalagi pekerjaan yang diwajibkan atas mereka bertepatan dengan
pekerjaan lainnya yang lebih mereka sukai.Maka, tugas kerumah tanggaan yang
sederhana dan mudah dikerjakan bisa menimbulkan keributan didalam rumah. Apalagi
jika anak sering diingatkan dan muncul argument untuk menghindari tugas itu.
Sebaiknya
anggota keluarga harus berbagi tanggung jawab agar rumah jadi enak untuk
ditinggali. Jika peraturan tidak tertulis ini sudah dimulai sejak dini, anak
akan tumbuh dan memahami bahwa membantu pekerjaan rumah tangga adalah suatu hal
yang normal. Orang tuapun sebenarnya tidak akan membebani anak dengan tugas
yang berat-berat. Keluhan utama dari orang tua adalah anaknya tidak mau
bertanggung jawab. Mereka tidak mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya atau
mereka tidak ikhlas dan efektif mengerjakannya kalau tanpa peringatan dan
argument lebih dahulu. Mereka marah dan menolak jika diingatkan atau
kadang-kadang mereka lupa untuk ingat tugasnya.
Kalau begitu ini nih hal-hal penting yang harus kita lakukan, agar "Huru-hara" dapat diminimalisir dalam rumah kita:
Kalau begitu ini nih hal-hal penting yang harus kita lakukan, agar "Huru-hara" dapat diminimalisir dalam rumah kita:
Mulailah sejak dini
Anak kecil
sebenarnya sudah dapat ‘bertanggung jawab’.Dalam
hal ini orang tua bisa menggunakan tahap perkembangan untuk mengetahui tugas
apa yang bisa dikerjakan anak. Misalnya anak yang baru belajar berjalan
senang mengambil baju yang ada dilantai. Latihlah terus dan arahkan energi anak
dengan tugas-tugas seperti ini. Biarkan anak meletakkan baju kotor
ditempatnya. Baju bersih yang sudah diseterika di lemari pakaian, mainan masuk
ke kotak yang sudah disediakan dan sebagainya. Anak-anak senang membantu ayah
dan bunda.Mereka adalah asset bukan pengganggu jika orang tua mau
mengajarkan. Biarkan anak sibuk karena sekaligus orang tua dapat mengajarkan
anak bertanggung jawab.
Anak usia 3
tahun senang membuang sampah ke keranjang sampah dan ini merupakan tugas yang
sesuai dengan anak. Ketika anak menjadi semakin besar dan semakin tinggi, mereka
senang meletakkan benda-benda ke dalam laci. Juga mengeluarkan gelas dari lemari
ketika ada tamu. Contoh tugas ini adalah tugas rumah tangga pertama anak di dalam
rumah.
Mulailah kita melibatkan anak-anak
ketika kedatangan tamu. Anak-anak bisa diminta untuk segera menghitung jumlah
tamu. Biarkan ia hadir di depan tamu kita dan biarkan ia menunjuk-nunjuk seluruh
tamu dalam proses perhitungan berapa jumlah tamu sebenarnya. Ini peristiwa yang
mengesankan dan mengasyikkan. Setelah itu dengan bantuan anda persilahkan ia
membawa gelas minuman satu per satu dari dapur ke ruang tamu. Agak lama memang,
tapi kita sedang mengajari satu proses action dan tanggung jawab kepadanya.
Dan hal tersebut tidak bisa kita nilai dengan nilai materi seberapapun. Insya Allah jika
kita sudah mulai sejak dini, anak tidak akan melihatnya sebagai pekerjaan.
Rubahlah tugas rumah tangga anak sesuai
dengan kemampuan anak
Kebanyakan orangtua yang saya temui memasang harapan terlalu tinggi kepada anak, kadang jauh melampaui usia dan kemampuan anak, kita sering tak sadar menganggap anak adalah "orang dewasa mini". Hingga kemudian kita membebani anak dengan tugas-tugas yang memberatkan mereka.
Nah, untuk itu sudah semestinya kita memahami agar tugas rumah
tangga disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak, dan yang penting diperhatikan juga bagi orang tua
untuk merubah tugas rutin anak sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan –
khususnya jika anda punya anak balita lebih dari satu. Dengan cara ini
diharapkan anak tidak akan komplain (protes).
"kok adik ga mengerjakan apa-apa
ma? Kenapa aku harus mengerjakan ini? (begitu protes Didi 4 tahun terhadap
adiknya Rudi 2.5 tahun).”
“kok mas terus sih yang disuruh, Dimas nganggur
tuh.”
dan protes-protes versi lainnya yang bisa jadi anda alami dalam keseharian Anda.
Jika tugas
berubah, anak yang lebih kecil mengerjakan tugas kakaknya dan si kakak akan
merasa senang menghadapi tantangan tanggung jawab baru.
Coba deh.
Ajarkan anak bagaimana melakukan tugas
rumah tangga
Ini kesalahan yang sering dilakukan para orangtua, "menganggap anak sudah tau sendiri". Jangan berpikir
bahwa anak tahu apa yang harus dikerjakan bahkan tehadap anak yang sudah besar sekalipun.
Buatlah cara mengerjakan tugas rumah tangga untuk anak-anak itu spesifik dan
kongkrit. Bimbinglah anak pada awalnya. Ajarkan sembari dilakukan bagaimana menyiapkan
meja makan yang baik. Contohkan tata ruang tamu yang representatif. Karena tidak
ada anak yang lahir ke dunia ini langsung tahu bagaimana cara membereskan
tempat tidur yang sesuai dengan selera orang tua. Anak kurang mengerti
barang-barang mana saja yang laik diluncurkan ke tong sampah. Beritahu mereka
tidak semua kertas bisa direkayasa menjadi layang-layang, tidak juga ijazah ayah atau kertas dokumen lainnya. Maka bantulah anak beberapa kali saat
mengerjakan tugas rumah tangga dan katakan kapan harus selesai.Tunjukkan
kepada anak dan beri anak cukup pujian serta dorongan bagi kemajuannya.
Jangan berharap terlalu banyak, jugaterlalu
sedikit
Sesuaikan
harapan anda dengan tahap perkembangan anak. Saat Salsa mulai belajar mempersiapkan meja makan, ibunya kaget karena ternyata
Salsa bisa meletakkan alat-alat makan di tempatnya.Tentu saja, kadang-kadang
ada anggota keluarga yang dapat sendok dua tanpa garpu atau garpu dua duanya.
Atau malah ayah dijatahi Salsa dengan bukan piring makan tapi baskom besar. Lama kelamaan, dengan
bimbingan bundanya Salsa menjadi pakar menyiapkan meja makan.
Anak usia 3
tahun sudah mampu membuang sampah ke keranjangnya. Namun ia belum bisa membawa
sampah ke tempat pengumpulan sampah di luar rumah. Ia baru bisa dengan lancar
meneriakkan kepada seisi rumah, “sampah sampaaah bunda.” Orang tua sebaiknya memahami kemapuan anak, jika anak ingin
membantu dan anda tidak memperbolehkan berarti anda telah meremehkan kemampuan
dan keterampilannya.
Pantaulah tugas rumah tangga yang dilakukan
anak
Jika anak sedang
mempelajari tugas baru, orang tua sebaiknya mengajar bagaimana melakukannya dan
juga memantau hasil pekerjaan ketika anak sedang menyelesaikannya. Jangan harap
anak melaksanakan tugas jika anda tidak ada. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh kita para orangtua:
Pertama, jadilah pendorong.
Berusahalah
selalu hadir secara fisik dan psikologis saat anak mengerjakan pekerjaan rumah
tangga. Mereka membutuhkan bantuan, pujian dan dorongan untuk memulai pekerjaan, seperti anak usia 4 tahun yang sudah pandai menata meja membutuhkan tanda dari
orang tuanya kapan mulai menyiapkan meja. Anak butuh bantuan anda untuk
menggeser meja tamu agar enak dipandang dan pas menurut pantauan sang anak.
Siapkan kehadiran anda apabila ada permintaan mendadak. Biarlah kita berela diri
untuk mengerjakan semua suruhan dari sang bos kecil. Karena inilah konsekuensi
dari proses penugasan buat anak kita.
Kedua, buatlah isyarat yang mudah.
Pilihlah
waktu atau isyarat lainnya seperti akhir dari waktu makan misalnya sebagai
isyarat harus dikerjakan tugas. Jika tugas anak membereskan meja maka setelah
selesai makan anak mulai mengerjakan tanggung jawabnya. Jika tugas anak
menyiapkan sarapan pagi, maka anak harus memahami bahwa setelah sholat subuh,
mandi dan berpakaian segera dilakukan.
Membuat anak tanggung jawab
Saat anak
bertambah besar dan semakin baik keterampilannya, secara bertahap latihlah
untuk bertanggung jawab, yuk lakukan hal-hal ini untuk membuatnya menjadi anak yang bertanggung jawab:
Pertama, bangunlah komunikasi
langsung antar orang tua dan anak.
Komunikasikan tugas yang akan mereka
kerjakan dengan pola kemitraan bukan pola atas bawah. Yakinkan kepada sang anak
bahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan bersama bukan hanya tugas seseorang.
Siapa saja yang sukarela mengerjakan akan tercatat sebagai ibadah pada Allah SWT.
Kedua, buatlah kapan anak mengerjakan
tugasnya.
Jika tugas anak membuang sampah melalui pintu belakang, tempelkan
jadwal di belakang pintu sehingga anak melihat setiap kali keluar.
Ketiga, lakukan inspeksi.
Jika anda
yakin bahwa anak sudah tahu kapan dan bagaimana mengerjakan tugasnya, katakan
bahwa bunda tidak akan mengingatkan lagi sampai waktu inspeksi. Ketika tiba
saat inspeksi katakan, (sebagai contoh) “coba mama lihat tugas mas Felis. Menyapu halaman depan, samping dan menyiram bunga setelah pulang dari masjid shubuh hari.” Lakukan inspeksi kurang lebih setengah jam setelah dikerjakan
anak, perhatikanlah untuk tidak mengingatkan dengan lisan tugas anak. Atau
bisa juga inspeksi dilakukan setiap satu pekan dan langsung diadakan evaluasi
dengan anak. Lakukanlah ini dengan santai
jauhkanlah sikap tegang dan ‘bossi’. Yakinkan kepada anak yang sedang kita
lakukan ini adalah proses kemitraan dan akan bermanfaat untuk mereka.
Keempat, dapat juga inspeksi
dikombinasi-kan dengan peringatan
Dalam hal
ini disarankan, orang tua hanya mengingatkan dengan frekuensi tertentu dan pada
waktu yang telah disepakati. Sebaiknya ditanyakan kepada anak cara apa yang disenangi anak untuk mengingatkan, ini untuk menghindari anak menjadi tak bersemangat melaksanakan tugasnya.
Perkuatlah "kebiasaan mengerjakan tugas rumah tangga" ini dengan Konsekuensi
positif, sesudah anak selesai mengerjakan
tugasnya, karena konsekuensi positif tersebut dapat menjadi penguat bagi anak-anak untuk tetap bersemangat melaksanakan tugasnya:
1. Pujilah pekerjaan yangdilakukan
dengan baik.
Konsekuensi alamiah bagi keberhasilan anak menyelesaikan
tanggung jawabnya adalah pujian dan pengakuan dari orang tuanya. Pujian dan
pengakuan bahwa Maha Kuasa Allah yang telah memudahkan anak bapak/ibu
mengerjakan ini dan itu. Jika pekerjaan selesai tunjukkan bagaimana senangnya
anda dan katakan bahwa apa yang dilakukan anak anda membantu dan meringankan
pekerjaan bunda dan ayahnya. Jika anak anda bukan tipe anak yang senang dipuji
lakukan taktik lain. Anda pasti lebih tau taktik yang sesuai dengan karakter putra-putri Anda.
2. Saat bermain dan saat mengerjakan tanggung jawab.
konsekuensi logis setelah melakukan
kebaikan adalah memperoleh kenikmatan. Setelah Rara mebereskan kamar dan
mencuci piring maka bunda memperbolehkan Rara untuk bermain games di
computer. Segera setelah sampah dibuang oleh mas Daus, mama memperbolehkannya ke luar rumah dan main dengan teman-temannya. Cobalah untuk
selalu konsisten.Berilah ijin anak jika pekerjaan memang benar-benar telah
dikerjakan dengan tuntas.
3. Perkuat dengan hadiah.
Anda pasti sering mendengar istilah REWARD and PUNISHMENT bukan? Punishment (hukuman) terus menerus tidaklah baik bagi perkembangan kepribadian anak, maka diperlukan REWARD (hadiah) sebagai Penguat agar anak dapat lebih termotivasi dalam proses belajar bertanggung jawab tersebut. Berikan anak
‘bintang’ jika anak mau melakukan pekerjaan rumah tangga. Jika lima ‘bintang’
sudah terkumpul misalnya, bisa ditukar dengan hadiah yang diminati anak.
demikian seterusnya bintang yang dikumpulkan harus semakin banyak untuk bisa
ditukar dengan hadiah. Misalnya : Dinda sering lupa meletakkan buku pelajarannya dan seragam kotornya di
tempat yang telah disediakan bunda kecuali jika diingatkan atau jika bunda sudah marah. Sekarang lupakan marah.Jelaskan kepada Dinda untuk dilakukan dan
kapan dikerjakannya.Buatlah bagan, katakan misalnya jika Dinda sudah
memperoleh 15 bintang, bunda akan membelikannya buku cerita yang diinginkan Dinda. Lakukanlah inspeksi pada waktu yang rutin. Berilah Dinda bintang jika ia
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh bunda dan pujilah secukupnya.
Anda dapat membuat kreatifitas lainnya, karena sejatinya mendidik anak adalah proses belajar dan proses memahami tiada henti, maka ekplosasi kemampuan Anda terus menerus untuk menjadi orangtua yang kreatif.
Berilah konsekuensi negative jika anak
menolak melakukan tugasnya.
Hukuman seperti
tidak diberikannya hak atau mainan merupakan pilihan bagi orang tua yang sudah
lelah.Tapi sebaiknya memanfaatkan konsekuensi negative untuk merubah tingkah
laku anak.
1. Lakukan koreksi.
Hal ini cukup
berhasil jika anak selalu kelihatannya lupa mengerjakan tugas rumah
tangganya. Rian selalu lupa membersihan tempat tidurnya. Katakan kepadanya
jika Rian lupa lagi berarti Rian memilih untuk membereskan tempat tidur
semua anggota keluarga di hari Ahad. Tetaplah berlakukan tugas itu meskipun Rian menangis. Seriuskan perhatian dan waktu untuk melakukan hal ini beberapa kali
Insya Allah anak akan ingat dan akan mengurangi stress orang tua setiap hari.
2. Buatlah pengurangan uang saku.
Menabung atau memberikan tanggung jawab kepada anak untuk mengelola uang
merupakan salah satu cara mengajarkan anak untuk menghormati uang dan memahami
arti uang. Mereka bisa sedekah, membeli yang mereka suka atau mereka bisa
menabung dulu untuk membeli sesuatu yang harganya agak mahal. Jika misalnya uang
saku anak setiap pekan Rp. 15.000 setiap kali anak tidak mengerjakan tanggung
jawab maka jatah uang saku dikurangi Rp. 1000, misalnya.
3. Bertahanlah.
Buatlah
janji dengan anak dan berusahalah untuk bertahan sampai akhir. Yang sedang Anda upayakan untuk dirubah adalah tingkah laku lamanya yang menyebabkan terjadinya huru
hara setiap harinya. Jangan kerjakan tugas anak ketika ia lupa. Jika anak
meletakan pakaian kotornya di lantai dan anda selalu mengambilnya maka jangan
salahkan anak dengan sikap yang tidak bertanggung jawab karena anak menganggap
bahwa sikapnya disetujui oleh ibunya ketika anak berbuat tidak baik. Sebaiknya
katakan kepada anak anda apa konsekuensi yang akan diperoleh jika anak lupa
melaksanakan tanggung jawabnya. Jika anda menemukan pakaian kotor di lantai,
panggil anak dan mintalah anak untuk mengambil pakaiannya atau lakukan
konsekuensi yang telah disepakati. Dalam hal ini konsekuensi ini dapat berupa
pengurangan uang saku atau mencuci pakaiannya sendiri karena bunda hanya mencuci
pakaian yang ada dikeranjang pakaian kotor.
Ayah... Bunda satu permasalahan dulu yang kita bahas pada artikel ini, yuk sama-sama mempraktekkannya, bagi yang telah melaksanakan silahkan lanjutkan. Semoga artikel ini dapat dirasakan manfaatnya bagi Ayah Bunda dimanapun berada.
Dan bukan berarti keluarga kami telah sempurna dalam mempraktekkannya. Kami masih belajar dan belajar menjadi orangtua yang bijak bagi putra-putri kami. Tentunya bersama-sama dengan Anda ayah dan Bunda.
Jika artikel ini dirasa bermanfaat silahkan dishare dengan menyebutkan sumbernya.
SALAM CINTA BUAH HATI (SCBH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar