Senin, 14 April 2014

KIAT MENGATASI PROBLEMATIKA ANAK SEHARI-HARI part 1

Kesaaaallll???? Capeeeeek??? Penaaat???
Mungkin kebanyakan orang tua merasakan keadaan seperti itu, terutama bagi para bunda. betapa tidak, setiap hari dari terbuka mata sampai terpejam lagi, sepertinya masalah anak-anak tak ada habisnya. Ada saja hal yang bisa membuat hati kesal, membuat badan terasa lelah. 
Kalau boleh diibaratkan, kita para orangtua seakan seperti sedang mendaki gunung yang terjal, melelahkan. Terkadang karena rasa LELAH yang sangat itulah, sampai-sampai kita tak mampu mengakhiri hari kita dengan gembira. Bahkan sering pula terjadi rusaknya KOMUNIKASI antara orangtua dan anak disebabkan masalah-masalah anak yang melelahkan itu. Hingga tak jarang ada orang tua yang mengeluhkan begini:
“susah ya ternyata punya anak”, 
“aduh… capppeeeee dech dari pagi sampai malam ngurusin anak melulu”,
“betapa sibuknya setelah punya anak, permintaan anak rasanya tidak pernah berhenti ..”
Bagaimana ayah... Bunda? Anda pernah mengalami hal seperti ini???
Tapi itulah indahnya hidup, ketika kita kita berkeluarga dan kemudian Allah SWT karuniakan putra-putri, selain untuk mendewasakan kita, juga untuk membuat hidup kita berwarna dengan adanya "ULAH" anak-anak kita.


Betapa indahnya Islam dalam memandang kedudukan Anak:

1. Anak adalah amanah Allah SWT kepada orang tuanya
Sehingga orang tua yang mendapatkan amanah mempunyai kewajiban menjaga/memelihara amanah sesuai dengan pesan pemberi amanah.

2.  Anak merupakan rezeki/karunia.
Sering kita membedakan rezeki harta dan rezeki anak.Semua kita insyaAllah tidak tergolong orang yang tersenyum bahagia hanya jika mendapatkan kelapangan materi.Anak dengan segala masalahnya juga harus disenyumi.

3. Anak adalah rahmah dan barokah dari Allah SWT.
Artinya, mereka merupakan kebaikan yang diberikan Allah SWT kepada orang tuanya.
Jadi, persepsi/cara pandang orang tualah tentang apa dan siapa anaknya yang mempengaruhi bagaimana orang tua mendidik anaknya, dengan perubahan persepsi orang tua tentang anak-anaknya akan membuat kita lebih releks dalam menghadapi problema anak sehari-hari. Apalagi proses perkembangan anak belum final.


Nah, ada 3 masalah menonjol yang sering kita jumpai dalam keseharian kita. Saya akan membahasnya untuk ayah dan bunda dalam 2 bagian, semoga kita bisa terus belajar bijak dalam menghantarkan anak-anak kita menjadi MANUSIA mulia yang MEMULIAKAN.

I. ANAK YANG ENGGAN MEMBANTU PEKERJAAN RUMAH TANGGA
Bagi orang tua (yang ridho dengan perannya sebagai orang tua) pekerjaan rumah tangga sehari-hari bukanlah tugas yang berat.Tapi bagi anak sering menganggap pekerjaan rumah tangga yang dilimpahkan kepadanya menyulitkan dan tidak menyenangkan. Apalagi pekerjaan yang diwajibkan atas mereka bertepatan dengan pekerjaan lainnya yang lebih mereka sukai.Maka, tugas kerumah tanggaan yang sederhana dan mudah dikerjakan bisa menimbulkan keributan didalam rumah. Apalagi jika anak sering diingatkan dan muncul argument untuk menghindari tugas itu.
Sebaiknya anggota keluarga harus berbagi tanggung jawab agar rumah jadi enak untuk ditinggali. Jika peraturan tidak tertulis ini sudah dimulai sejak dini, anak akan tumbuh dan memahami bahwa membantu pekerjaan rumah tangga adalah suatu hal yang normal. Orang tuapun sebenarnya tidak akan membebani anak dengan tugas yang berat-berat. Keluhan utama dari orang tua adalah anaknya tidak mau bertanggung jawab. Mereka tidak mengerjakan tugas yang menjadi kewajibannya atau mereka tidak ikhlas dan efektif mengerjakannya kalau tanpa peringatan dan argument lebih dahulu. Mereka marah dan menolak jika diingatkan atau kadang-kadang mereka lupa untuk ingat tugasnya.
Kalau begitu ini nih hal-hal penting yang harus kita lakukan, agar "Huru-hara" dapat diminimalisir dalam rumah kita:

Mulailah sejak dini
Anak kecil sebenarnya sudah dapat ‘bertanggung jawab’.Dalam hal ini orang tua bisa menggunakan tahap perkembangan untuk mengetahui tugas apa yang bisa dikerjakan anak. Misalnya anak yang baru belajar berjalan senang mengambil baju yang ada dilantai. Latihlah terus dan arahkan energi anak dengan tugas-tugas seperti ini. Biarkan anak meletakkan baju kotor ditempatnya. Baju bersih yang sudah diseterika di lemari pakaian, mainan masuk ke kotak yang sudah disediakan dan sebagainya. Anak-anak senang membantu ayah dan bunda.Mereka adalah asset bukan pengganggu jika orang tua mau mengajarkan. Biarkan anak sibuk karena sekaligus orang tua dapat mengajarkan anak bertanggung jawab.
Anak usia 3 tahun senang membuang sampah ke keranjang sampah dan ini merupakan tugas yang sesuai dengan anak. Ketika anak menjadi semakin besar dan semakin tinggi, mereka senang meletakkan benda-benda ke dalam laci. Juga mengeluarkan gelas dari lemari ketika ada tamu. Contoh tugas ini adalah tugas rumah tangga pertama anak di dalam rumah.
Mulailah kita melibatkan anak-anak ketika kedatangan tamu. Anak-anak bisa diminta untuk segera menghitung jumlah tamu. Biarkan ia hadir di depan tamu kita dan biarkan ia menunjuk-nunjuk seluruh tamu dalam proses perhitungan berapa jumlah tamu sebenarnya. Ini peristiwa yang mengesankan dan mengasyikkan. Setelah itu dengan bantuan anda persilahkan ia membawa gelas minuman satu per satu dari dapur ke ruang tamu. Agak lama memang, tapi kita sedang mengajari satu proses action dan tanggung jawab kepadanya. 
Dan hal tersebut tidak bisa kita nilai dengan nilai materi seberapapun. Insya Allah jika kita sudah mulai sejak dini, anak tidak akan melihatnya sebagai pekerjaan. 

Rubahlah tugas rumah tangga anak sesuai dengan kemampuan anak
Kebanyakan orangtua yang saya temui memasang harapan terlalu tinggi kepada anak, kadang jauh melampaui usia dan kemampuan anak, kita sering tak sadar menganggap anak adalah "orang dewasa mini". Hingga kemudian kita membebani anak dengan tugas-tugas yang memberatkan mereka.
Nah, untuk itu sudah semestinya kita memahami agar tugas rumah tangga disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak, dan yang penting  diperhatikan juga bagi orang tua untuk merubah tugas rutin anak sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan – khususnya jika anda punya anak balita lebih dari satu. Dengan cara ini diharapkan anak tidak akan komplain (protes).
"kok adik ga mengerjakan apa-apa ma? Kenapa aku harus mengerjakan ini? (begitu protes Didi 4 tahun terhadap adiknya Rudi 2.5 tahun).” 
“kok mas terus sih yang disuruh, Dimas nganggur tuh.”
dan protes-protes versi lainnya yang bisa jadi anda alami dalam keseharian Anda.
Jika tugas berubah, anak yang lebih kecil mengerjakan tugas kakaknya dan si kakak akan merasa senang menghadapi tantangan tanggung jawab baru.
Coba deh. 

Ajarkan anak bagaimana melakukan tugas rumah tangga
     Ini kesalahan yang sering dilakukan para orangtua, "menganggap anak sudah tau sendiri". Jangan berpikir bahwa anak tahu apa yang harus dikerjakan bahkan tehadap anak yang sudah besar sekalipun. Buatlah cara mengerjakan tugas rumah tangga untuk anak-anak itu spesifik dan kongkrit. Bimbinglah anak pada awalnya. Ajarkan sembari dilakukan bagaimana menyiapkan meja makan yang baik. Contohkan tata ruang tamu yang representatif. Karena tidak ada anak yang lahir ke dunia ini langsung tahu bagaimana cara membereskan tempat tidur yang sesuai dengan selera orang tua. Anak kurang mengerti barang-barang mana saja yang laik diluncurkan ke tong sampah. Beritahu mereka tidak semua kertas bisa direkayasa menjadi layang-layang, tidak juga ijazah ayah atau kertas dokumen lainnya. Maka bantulah anak beberapa kali saat mengerjakan tugas rumah tangga dan katakan kapan harus selesai.Tunjukkan kepada anak dan beri anak cukup pujian serta dorongan bagi kemajuannya.

Jangan berharap terlalu banyak, jugaterlalu sedikit
     Sesuaikan harapan anda dengan tahap perkembangan anak. Saat Salsa mulai belajar mempersiapkan meja makan, ibunya kaget karena ternyata Salsa bisa meletakkan alat-alat makan di tempatnya.Tentu saja, kadang-kadang ada anggota keluarga yang dapat sendok dua tanpa garpu atau garpu dua duanya. Atau malah ayah dijatahi Salsa dengan bukan piring makan  tapi baskom besar. Lama kelamaan, dengan bimbingan bundanya Salsa menjadi pakar menyiapkan meja makan.
Anak usia 3 tahun sudah mampu membuang sampah ke keranjangnya. Namun ia belum bisa membawa sampah ke tempat pengumpulan sampah di luar rumah. Ia baru bisa dengan lancar meneriakkan kepada seisi rumah, “sampah sampaaah bunda.” Orang tua sebaiknya memahami kemapuan anak, jika anak ingin membantu dan anda tidak memperbolehkan berarti anda telah meremehkan kemampuan dan keterampilannya.

Pantaulah tugas rumah tangga yang dilakukan anak
Jika anak sedang mempelajari tugas baru, orang tua sebaiknya mengajar bagaimana melakukannya dan juga memantau hasil pekerjaan ketika anak sedang menyelesaikannya. Jangan harap anak melaksanakan tugas jika anda tidak ada. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh kita para orangtua:
Pertama, jadilah pendorong.
Berusahalah selalu hadir secara fisik dan psikologis saat anak mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Mereka membutuhkan bantuan, pujian dan dorongan untuk memulai pekerjaan, seperti anak usia 4 tahun yang sudah pandai menata meja membutuhkan tanda dari orang tuanya kapan mulai menyiapkan meja. Anak butuh bantuan anda untuk menggeser meja tamu agar enak dipandang dan pas menurut pantauan sang anak. Siapkan kehadiran anda apabila ada permintaan mendadak. Biarlah kita berela diri untuk mengerjakan semua suruhan dari sang bos kecil. Karena inilah konsekuensi dari proses penugasan buat anak kita.
Kedua, buatlah isyarat yang mudah.
Pilihlah waktu atau isyarat lainnya seperti akhir dari waktu makan misalnya sebagai isyarat harus dikerjakan tugas. Jika tugas anak membereskan meja maka setelah selesai makan anak mulai mengerjakan tanggung jawabnya. Jika tugas anak menyiapkan sarapan pagi, maka anak harus memahami bahwa setelah sholat subuh, mandi dan berpakaian segera dilakukan. 


Membuat anak tanggung jawab
Saat anak bertambah besar dan semakin baik keterampilannya, secara bertahap latihlah untuk bertanggung jawab, yuk lakukan hal-hal ini untuk membuatnya menjadi anak yang bertanggung jawab:
Pertama, bangunlah komunikasi langsung antar orang tua dan anak.
Komunikasikan tugas yang akan mereka kerjakan dengan pola kemitraan bukan pola atas bawah. Yakinkan kepada sang anak bahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan bersama bukan hanya tugas seseorang. Siapa saja yang sukarela mengerjakan akan tercatat sebagai ibadah pada Allah SWT.
Kedua, buatlah kapan anak mengerjakan tugasnya.
Jika tugas anak membuang sampah melalui pintu belakang, tempelkan jadwal di belakang pintu sehingga anak melihat setiap kali keluar.
Ketiga, lakukan inspeksi. 
Jika anda yakin bahwa anak sudah tahu kapan dan bagaimana mengerjakan tugasnya, katakan bahwa bunda tidak akan mengingatkan lagi sampai waktu inspeksi. Ketika tiba saat inspeksi katakan, (sebagai contoh) “coba mama lihat tugas mas Felis. Menyapu halaman depan, samping dan menyiram bunga setelah pulang dari masjid shubuh hari.” Lakukan inspeksi kurang lebih setengah jam setelah dikerjakan anak, perhatikanlah untuk tidak mengingatkan dengan lisan tugas anak. Atau bisa juga inspeksi dilakukan setiap satu pekan dan langsung diadakan evaluasi dengan anak. Lakukanlah ini dengan santai jauhkanlah sikap tegang dan ‘bossi’. Yakinkan kepada anak yang sedang kita lakukan ini adalah proses kemitraan dan akan bermanfaat untuk mereka. 
Keempat, dapat juga inspeksi dikombinasi-kan dengan peringatan
Dalam hal ini disarankan, orang tua hanya mengingatkan dengan frekuensi tertentu dan pada waktu yang telah disepakati. Sebaiknya ditanyakan kepada anak cara apa yang disenangi anak untuk mengingatkan, ini untuk menghindari anak menjadi tak bersemangat melaksanakan tugasnya.
Perkuatlah "kebiasaan mengerjakan tugas rumah tangga" ini dengan Konsekuensi positif, sesudah anak selesai mengerjakan tugasnya, karena konsekuensi positif tersebut dapat menjadi penguat bagi anak-anak untuk tetap bersemangat melaksanakan tugasnya:

1. Pujilah pekerjaan yangdilakukan dengan baik.
Konsekuensi alamiah bagi keberhasilan anak menyelesaikan tanggung jawabnya adalah pujian dan pengakuan dari orang tuanya. Pujian dan pengakuan bahwa Maha Kuasa Allah yang telah memudahkan anak bapak/ibu mengerjakan ini dan itu. Jika pekerjaan selesai tunjukkan bagaimana senangnya anda dan katakan bahwa apa yang dilakukan anak anda membantu dan meringankan pekerjaan bunda dan ayahnya. Jika anak anda bukan tipe anak yang senang dipuji lakukan taktik lain. Anda pasti lebih tau taktik yang sesuai dengan karakter putra-putri Anda.
2. Saat  bermain dan saat mengerjakan tanggung jawab.
konsekuensi logis setelah melakukan kebaikan adalah memperoleh kenikmatan. Setelah Rara mebereskan kamar dan mencuci piring maka bunda memperbolehkan Rara untuk bermain games di computer. Segera setelah sampah dibuang oleh mas Daus, mama memperbolehkannya ke luar rumah dan main dengan teman-temannya. Cobalah untuk selalu konsisten.Berilah ijin anak jika pekerjaan memang benar-benar telah dikerjakan dengan tuntas.
3. Perkuat dengan hadiah.
Anda pasti sering mendengar istilah REWARD and PUNISHMENT bukan? Punishment (hukuman) terus menerus tidaklah baik bagi perkembangan kepribadian anak, maka diperlukan REWARD (hadiah) sebagai Penguat agar anak dapat lebih termotivasi dalam proses belajar bertanggung jawab tersebut. Berikan anak ‘bintang’ jika anak mau melakukan pekerjaan rumah tangga. Jika lima ‘bintang’ sudah terkumpul misalnya, bisa ditukar dengan hadiah yang diminati anak. demikian seterusnya bintang yang dikumpulkan harus semakin banyak untuk bisa ditukar dengan hadiah. Misalnya :  Dinda sering lupa meletakkan buku pelajarannya dan seragam kotornya di tempat yang telah disediakan bunda kecuali jika diingatkan atau jika bunda sudah marah. Sekarang lupakan marah.Jelaskan kepada Dinda untuk dilakukan dan kapan dikerjakannya.Buatlah bagan, katakan misalnya jika Dinda sudah memperoleh 15 bintang, bunda akan membelikannya buku cerita yang diinginkan Dinda. Lakukanlah inspeksi pada waktu yang rutin. Berilah Dinda bintang jika ia telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh bunda dan pujilah secukupnya.
Anda dapat membuat kreatifitas lainnya, karena sejatinya mendidik anak adalah proses belajar dan proses memahami tiada henti, maka ekplosasi kemampuan Anda terus menerus untuk menjadi orangtua yang kreatif.

Berilah konsekuensi negative jika anak menolak melakukan tugasnya.
Hukuman seperti tidak diberikannya hak atau mainan merupakan pilihan bagi orang tua yang sudah lelah.Tapi sebaiknya memanfaatkan konsekuensi negative untuk merubah tingkah laku anak.
1. Lakukan koreksi.
Hal ini cukup berhasil jika anak selalu kelihatannya lupa mengerjakan tugas rumah tangganya. Rian selalu lupa membersihan tempat tidurnya. Katakan kepadanya jika Rian lupa lagi berarti Rian memilih untuk membereskan tempat tidur semua anggota keluarga di hari Ahad. Tetaplah berlakukan tugas itu meskipun Rian menangis. Seriuskan perhatian dan waktu untuk melakukan hal ini beberapa kali Insya Allah anak akan ingat dan akan mengurangi stress orang tua setiap hari.
2. Buatlah pengurangan uang saku. 
Menabung atau memberikan tanggung jawab kepada anak untuk mengelola uang merupakan salah satu cara mengajarkan anak untuk menghormati uang dan memahami arti uang. Mereka bisa sedekah, membeli yang mereka suka atau mereka bisa menabung dulu untuk membeli sesuatu yang harganya agak mahal. Jika misalnya uang saku anak setiap pekan Rp. 15.000 setiap kali anak tidak mengerjakan tanggung jawab maka jatah uang saku dikurangi Rp. 1000, misalnya.
3. Bertahanlah.
Buatlah janji dengan anak dan berusahalah untuk bertahan sampai akhir. Yang sedang Anda upayakan untuk dirubah adalah tingkah laku lamanya yang menyebabkan terjadinya huru hara setiap harinya. Jangan kerjakan tugas anak ketika ia lupa. Jika anak meletakan pakaian kotornya di lantai dan anda selalu mengambilnya maka jangan salahkan anak dengan sikap yang tidak bertanggung jawab karena anak menganggap bahwa sikapnya disetujui oleh ibunya ketika anak berbuat tidak baik. Sebaiknya katakan kepada anak anda apa konsekuensi yang akan diperoleh jika anak lupa melaksanakan tanggung jawabnya. Jika anda menemukan pakaian kotor di lantai, panggil anak dan mintalah anak untuk mengambil pakaiannya atau lakukan konsekuensi yang telah disepakati. Dalam hal ini konsekuensi ini dapat berupa pengurangan uang saku atau mencuci pakaiannya sendiri karena bunda hanya mencuci pakaian yang ada dikeranjang pakaian kotor.


Ayah... Bunda satu permasalahan dulu yang kita bahas pada artikel ini, yuk sama-sama mempraktekkannya, bagi yang telah melaksanakan silahkan lanjutkan. Semoga artikel ini dapat dirasakan manfaatnya bagi Ayah Bunda dimanapun berada. 
Dan bukan berarti keluarga kami telah sempurna dalam mempraktekkannya. Kami masih belajar dan belajar menjadi orangtua yang bijak bagi putra-putri kami. Tentunya bersama-sama dengan Anda ayah dan Bunda.

Jika artikel ini dirasa bermanfaat silahkan dishare dengan menyebutkan sumbernya.

SALAM CINTA BUAH HATI (SCBH)



Tidak ada komentar: