Dipeluk
orang tua? Saya tak ingat persisnya kapan orangtua saya terakhir memeluk saya,
tapi seingat saya, sejak saya sekolah tingkat dasar SD, sepertinya tak pernah
ada pelukan atau ciuman dari orangtua saya. Saya menceritakan ini bukan karena
ingin membuka aib dari orangtua saya. justru ketika pencerahan demi pencerahan
saya dapatkan belakangan ini, saya jadi memahami mengapa para orangtua sangat
jarang, bahkan ada yang tak pernah sama sekali memeluk anaknya, saat si anak
beranjak besar. Dampak dari itu, seperti yang saya rasakan adalah, rasa risih
kalau harus memeluk dan dipeluk. Maka sepanjang ketika saya belum mereformasi
diri, saya tak pernah memeluk dan tak ingin dipeluk, termasuk memeluk
putra-putri saya. Dan saya merasakan keringnya tangki cinta dalam diri saya juga
dalam diri putra-putri saya. Akibatnya adalah mereka menjadi anak-anak yang minderan,
tak berprestasi (biasa-biasa saja) dan tak bersemangat.
Itu
saya beberapa tahun lalu, yang risih dipeluk dan memeluk. Kalau Ayah bunda
melihat saya saat ini, maka akan didapati perbedaan yang sangat-sangat jauuuh,
perubahannya sampai 180 derajat. Saya bisa dengan enjoy memeluk putra-putri
saya setiap hari. Bahkan saya bisa memeluk orang yang baru saya kenal (sesama
perempuan lho) dalam pelatihan-pelatihan saya. Dan yang lebih penting lagi
adalah, pelukan itu bukan hanya sekedar pelukan formalitas, melainkan pelukan
yang didasari rasa kasih dan sayang.
Tak mudah
memang membuat perubahan yang sudah terlanjur mendarah daging dalam diri. Aneh
saat pertama kali melakukannya. Tapi melalui latihan yang terus menerus dan
tekad yang kuat untuk berubah dan memberi dampak itulah, maka perubahan menjadi
semakin nyata dan permanen. Ditambah lagi dengan pengetahuan kita tentang manfaat dari PELUKAN, maka akan semakin semangat dalam melakukannya pada keluarga kita (ingat ya, bukan keluarga orang lain)
Mengapa pelukan demikian penting dan perlu
saya bahas diblog ini?
Saya ingin
mengajak ayah-bunda untuk mencermati fenomena yang terjadi baru-baru ini,
seorang sahabat yang tega membunuh sahabatnya sendiri, seorang anak yang tega
menyiksa ibunya, seorang ibu yang mampu menghabisi nyawa putra-putri
kanduingnya dan berderet-deret kisah tak
manusiawi lainnya yang dipertontonkan dihadapan kita. Apakah anak-anak itu tak
berpendidikan? Owh sangat tidak. Apakah anak-anak itu tak diberi didikan agama?
Juga tidak. Lalu mengapa ini bisa terjadi? Saya meyakini, bahwa peran penting
dari berbagai sikap yang dilakonkan anak-anak kita belakangan ini adalah karena PONDASI dari
dalam RUMAH yang tidak dibangun kuat. Tengoklah betapa sibuknya ayah-bunda
zaman ini, kedua-duanya bekerja, berangkat dinihari, pulang larut malam. Hampir
tak pernah menyentuh anaknya, boro-boro menyentuh, melihat anaknya saja tak
sempat karena capek. Tahu-tahu anaknya sudah bisa lari, padahal sepertinya baru
kemarin melahirkan, tahu-tahu putrinya sudah punya pacar, padahal sepertinya kemarin masih pakai seragam Taman Kanak-kanak. Bagaimana mungkin
membangun PONDASI kuat jika ayah-bunda jarang berinteraksi dengan buah hati. Bahkan perkembangan putra-putri kita
yang lebih mengetahuinya adalah “mbak”nya. Anak kita menangis jika “mbak”
pergi, sementara bundanya pergi ekspresinya datar-datar saja. Eits, kebanyakan
ayah-bunda yang saya jumpai seringnya mengeluarkan alasan, kan kebutuhan susu
mereka mahal, kan bayar sekolahnya mahal
dan kan-kan lainnya yang kemudian bisa meng”halal”kan kesibukan karier kita dan
membiarkan anak bertumbuh bersama “mbak”nya yang memiliki pendidikan minim,
yang tak pernah kita upgrade pengetahuannya (takut nanti membangkang dan pindah
cari yang lebih baik). Jadi anak kita diasuh oleh orang dengan kualitas minim,
jauh dari kualitas Ayah-Bunda yang direktur diperusahaan A, manajer area
perusahaan B, yang sekolahnya sampai perguruan tinggi, tak sedikit juga dengan
lulusan luar negri. Pantaslah kalau kemudian perilaku putra-putri kita meniru “mbak”nya.
Eh kita masih mau ngeles juga dengan mengatakan, tapi anakku aku sekolahkan
disekolah INTERNASIONAL. Saya mau jawab: tetap saja toh diantarnya oleh “mbak”,
disiapkan bajunya oleh “mbak” dijemputnya oleh “mbak”, ditemani ngerjakan PR
oleh “mbak”. So, “mbak” forever, setiap nafasnya bersama “mbak”.
Saya tak
menampik betapa kita hidup dizaman serba MAHAL, butuh dana banyak untuk
membesarkan putra-putri kita. Tapi apakah dengan alasan itu kemudian kita
mengkerdilkan pentingnya membangun PONDASI untuk putra-putri kita??? Saya rasa
jawabnya tidak, karena putra-putri kita punya hak atas masa depan yang HEBAT, kesuksesan mereka adalah kesuksesan orangtuanya. Saya ingin Anda membaca arrtikel ini saat tenang agar tak salah
memahami maksud saya, dan segera merekonstruksi ulang PONDASI putra-putri kita.
Nah,
mulailah dengan PELUKAN. Pelukan saya rasa tidak memerlukan begitu banyak
waktu, dan bisa dilakukan kapan saja ketika anak kita terjaga. PELUKAN hangat
orang tua adalah sebuah MIRACLE untuk putra-putrinya (saya menangis saat
mengetik bagian ini, karena saya kehilangan banyak moment memeluk putra-putri
saya atas nama ketidak tahuan, atas nama kekerdilan ilmu saya), dan karena
itulah saya tak ingin Ayah-Bunda seperti saya, yang harus berusaha lebih keras
saat saya mulai menyadari kesalahan dan putra-putri saya sudah mulai beranjak
REMAJA.
KEAJAIBAN
PELUKAN
Yuk,
kita lihat keajaiban pelukan menurut para ilmuwan:
1.
Sebuah penelitian yang dibuktikan oleh para dokter dari
Universitas North California di Chapel Hill, menyebutkan bahwa bagi seorang
wanita yang memiliki pernikahan harmonis, mereka terbiasa memeluk pasangannya
selama 20 detik dan dilakukan dua kali dalam sehari. Jika ayah-bunda memiliki
hubungan yang sehat dan harmonis, maka otomatis anak-anakpun akan tumbuh
kreatif dan percaya diri. So, mulailah memelihara dan memperbaiki (bagi yang
sudah mulai garing) hubungan penuh kasih sayang diantara ayah-bunda. Saya mau
tanya, sudah berapa lama Anda tak saling memeluk? Sudah berapa lama sejak
putra-putri Anda bertambah besar, Anda tak lagi memeluknya. Sebelum terlambat
Ayah-bunda, kita bisa memulainya saat ini juga, saat Anda selesai membaca
artikel saya ini. Dan kemudian jadikanlah sebagai sebuah tradisi dalam keluarga
Anda. 20 menit sebelum berangkat kerja, 20 menit saat kembali kerumah.
2.
Pelukan memberikan efek positif bagi kepercayaan diri anak dan
membuat jantung lebih sehat.
3.
Pelukan meningkatkan kadar oksitosin yaitu sebuah hormon pereda
stres yang menyehatkan jantung.
AJAIB
bukan???? Tak perlu menunggu waktu luang untuk melakukan itu, tak perlu
menunggu waktu yang tepat (karena setiap waktu itu tepat) untuk segera
melakukannya, juga tak perlu menunggu sudah gajian untuk memulainya. Sekarang saatnya
Ayah-Bunda…. Sekarang saatnya. Bangun PONDASI kuat dari rumah ANDA, agar tak
terjadi kekacauan dalam tatanan masyarakat kita. PERAN Anda menentukan nasib
masa depan putra-putri Anda dan menentukan nasiib bangsa ini pula.
Semoga Bermanfaat
Nikmah Nursyam
Salam Cinta Buah Hati (SCBH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar