Kamis, 06 Februari 2014

INGIN ANAK MANDIRI, TAPI KOK TAK MEMANDIRIKAN ANAK

Pagi yang sibuk, disetiap kawasan sekolah pemandangan sibuk dipagi bisa kita saksikan setiap hari kecuali hari libur sekolah atau tanggalan merah. Lalu lalang kendaraan roda dua, roda empat (mungkin dibeberapa tempat ada juga yang menggunakan roda 3 ). Semangat para orangtua mengantar putra-putri mereka sekolah memang sangat membanggakan, bahkan saking semangatnya saya pernah mendapati kejadian super unik, seorang ibu mengantarkan anaknya yang bersekolah persis didepan rumahnya dengan menggunakan kendaran bermotor roda dua. Duh saya jadi geleng-geleng kepala. Kalaulah putrinya itu masih dibangku TK atau kelas 1-2 Sekolah Dasar tentu masih bisa difahami ya. Tapi ini, sudah kelas 4 SD.


Saya jadi teringat ketika pertama kali putra kedua saya naik angkutan umum kesekolahnya yang berjarak kurang lebih 5 Km. Dalam rangka membuatnya menjadi pemberani dan mandiri, maka saya melatihnya untuk naik angkutan umum kesekolahnya. Sejak ia masih dikelas 1 Sekolah Dasar,  program latihan mandiri sudah mulai dilaksanakan. Ia diantar tidak sampai gerbang sekolah, melainkan hanya sampai digerbang komplek perumahan tempat sekolah itu berada, dan ia harus melanjutkan dengan jalan kaki kurang lebih 200an meter.
Setelah proses edukasi naik kendaraan umum, saya menemaninya naik angkutan umum sampai sekolah. Dua kali pindah angkutan kota, dikombinasi dengan berjalan kaki dari rumah kejalan raya (yang berjarak lumayan jauh), juga jalan kaki dari gerbang kompleks kesekolah, menjadi pengalaman asyik untuk kami berdua. Walaupun keputusan ini banyak ditentang oleh guru disekolah putra saya, juga oleh para wali murid, saya tetap bertekad melanjutkannya. Saya tanamkan pada putra kecil saya, bahwa Allah akan melindunginya disepanjang perjalanan, jika ia terus berdzikir mengingat namaNYA.

Mendidik anak-anak kita untuk mandiri memang seringnya harus berperang dengan ego diri. Kadang karena mengatasnamakan Sayang pada anak, kita jadi over protective terhadap anak kita. Nanti kalo kamu naik angkot ada yang nyulik. Kalo kamu naik sepeda, kesrempet mobil, kalo ga diantar terlambat dan parno-parno lainnya. Dan secara tidak sadar ternyata perilaku kita itu menghasilkan anak-anak yang cengeng, tidak percaya diri, penakut dan tidak mandiri dikemudian hari. Tapi anehnya, ketika anak-anak kita tak mandiri, kitalah yang pertama kali kecewa terhadap anak-anak kita, kitalah yang pertama kali memarahi mereka, kitalah yang pertama kali mengolok-olok mereka. Padahal kita sendiri yang mengantarnya sampai kebangku kelas saat mereka sekolah, padahal mereka sudah cukup besar. Padahal kita sendiri yang selalu mengambilkan segala keperluannya, sementara mereka sudah cukup mampu (bukan balita). Padahal kita sendiri yang dengan relahati menggendong tas sekolahnya, padahal mereka sudah cukup kuat membawnya sendiri. Padahal kita sendiri yang mengerjakan PRnya agar dapat nilai bagus, sementara anak dibiarkan nonton TV biar refreshing katanya.

Ayah Bunda… putra-putri kita Mandiri, kalau kita pun memandirikan mereka.


Salam Cinta Buah Hati (SCBH)





Tidak ada komentar: