Pagi yang sibuk, disetiap kawasan
sekolah pemandangan sibuk dipagi bisa kita saksikan setiap hari kecuali hari
libur sekolah atau tanggalan merah. Lalu lalang kendaraan roda dua, roda empat
(mungkin dibeberapa tempat ada juga yang menggunakan roda 3 ). Semangat para
orangtua mengantar putra-putri mereka sekolah memang sangat membanggakan,
bahkan saking semangatnya saya pernah mendapati kejadian super unik, seorang
ibu mengantarkan anaknya yang bersekolah persis didepan rumahnya dengan
menggunakan kendaran bermotor roda dua. Duh saya jadi geleng-geleng kepala. Kalaulah
putrinya itu masih dibangku TK atau kelas 1-2 Sekolah Dasar tentu masih bisa
difahami ya. Tapi ini, sudah kelas 4 SD.
Saya jadi teringat ketika pertama
kali putra kedua saya naik angkutan umum kesekolahnya yang berjarak kurang
lebih 5 Km. Dalam rangka membuatnya menjadi pemberani dan mandiri, maka saya
melatihnya untuk naik angkutan umum kesekolahnya. Sejak ia masih dikelas 1
Sekolah Dasar, program latihan mandiri
sudah mulai dilaksanakan. Ia diantar tidak sampai gerbang sekolah, melainkan
hanya sampai digerbang komplek perumahan tempat sekolah itu berada, dan ia
harus melanjutkan dengan jalan kaki kurang lebih 200an meter.
Setelah proses edukasi naik
kendaraan umum, saya menemaninya naik angkutan umum sampai sekolah. Dua kali
pindah angkutan kota, dikombinasi dengan berjalan kaki dari rumah kejalan raya
(yang berjarak lumayan jauh), juga jalan kaki dari gerbang kompleks kesekolah,
menjadi pengalaman asyik untuk kami berdua. Walaupun keputusan ini banyak
ditentang oleh guru disekolah putra saya, juga oleh para wali murid, saya tetap
bertekad melanjutkannya. Saya tanamkan pada putra kecil saya, bahwa Allah akan
melindunginya disepanjang perjalanan, jika ia terus berdzikir mengingat
namaNYA.
Mendidik anak-anak kita untuk
mandiri memang seringnya harus berperang dengan ego diri. Kadang karena
mengatasnamakan Sayang pada anak, kita jadi over protective terhadap anak kita.
Nanti kalo kamu naik angkot ada yang nyulik. Kalo kamu naik sepeda, kesrempet
mobil, kalo ga diantar terlambat dan parno-parno lainnya. Dan secara tidak sadar
ternyata perilaku kita itu menghasilkan anak-anak yang cengeng, tidak percaya
diri, penakut dan tidak mandiri dikemudian hari. Tapi anehnya, ketika anak-anak
kita tak mandiri, kitalah yang pertama kali kecewa terhadap anak-anak kita,
kitalah yang pertama kali memarahi mereka, kitalah yang pertama kali
mengolok-olok mereka. Padahal kita sendiri yang mengantarnya sampai kebangku
kelas saat mereka sekolah, padahal mereka sudah cukup besar. Padahal kita
sendiri yang selalu mengambilkan segala keperluannya, sementara mereka sudah
cukup mampu (bukan balita). Padahal kita sendiri yang dengan relahati
menggendong tas sekolahnya, padahal mereka sudah cukup kuat membawnya sendiri. Padahal
kita sendiri yang mengerjakan PRnya agar dapat nilai bagus, sementara anak dibiarkan
nonton TV biar refreshing katanya.
Ayah Bunda… putra-putri kita
Mandiri, kalau kita pun memandirikan mereka.
Salam Cinta Buah Hati (SCBH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar