Selasa, 21 Januari 2014

EVERY MOMENT WE CAN………………


Saat saya tak keluar kota, atau tidak berangkat aktivitas terlalu pagi, saya programkan untuk mengantarkan putra ke 2 saya yang saat ini masih duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 7, kesekolah. Saya sendiri yang mengantarnya, bukan asisten atau sopir. 
Moment mengantar anak ke sekolahnya adalah moment yang indah buat saya. Dengan menggunakan kendaraan roda dua, kami bisa berduaan saja, mengantar putra ke dua yang sejak Sekolah Dasar saya pilihkan sekolah yang jarak perjalanannya jauh dari rumah. 


Bukan tanpa alasan memilih sekolah jauh dari rumah, tidak seperti kedua adiknya yang bersekolah di depan rumah. Dia anak laki-laki pertama (kakaknya perempuan), saya berharap banyak pada putra saya untuk dapat memberikan tauladan pada adik-adiknya, dan untuk itu saya mempersiapkan ketangguhannya, keberaniannya dengan memilihkan sekolah tak dekat dari rumah. 

Dengan jarak perjalanan yang tak dekat itu, ia akan mendapatkan banyak perjalanan, entah pada saat diangkutan umum ( beliau harus menempuh dengan 2 kali berganti angkutan umum ), atau pada saat jalan dari jalan utama ke rumah kami yang berjarak 15 menit jalan kaki, atau saat harus hujan-hujanan, kepanasan, atau ketika pergi tak diantar lalu terjebak kemacetan, hingga ia terpaksa terlambat dan dimarahi guru. Saya meyakini cara saya yang terkesan kejam ini (menurut teman-teman saya, juga tetangga, eh guru sekolah dasarnya juga pernah komentar saya sadis… he he ) mampu membentuknya menjadi pribadi yang tidak cengeng, sebagai bekal ia memberikan contoh dan sebagai bekal hidupnya kelak saat dewasa.

Saat mengantarnya adalah saat-saat yang saya tunggu-tunggu. Di perjalanan saya bisa mendengarkan ceritanya yang tak sempat disampaikan di rumah, atau saya bercerita tentang hal-hal yang saya alami. Dan yang paling penting lagi buat saya adalah, ketika diatas roda dua itu, kami bisa mengulang bersama HAFALAN AL-QUR’AN kami. Saat ini kami sedang belajar menghafal sedikit demi sedikit juz ke 29. Ya, baru belajar, karena saya baru saja tersadar bahwa saya amat kurang membimbing mereka untuk mencintai AGAMANYA , mencintai TUNTUNAN HIDUPNYA, AL-QUR’AN, selain karena pemahaman agama saya yang minim juga. Selama ini saya disibukkan dengan mencari nafkah (sibuk dengan usaha) mengais rizqi sebanyak-banyaknya untuk masa depan mereka dan melupakan  Nafkah RUHANI. Saya selama ini SOMBONG. Melupakan bahwa apa yang selama ini saya dan anak-anak nikmati adalah HADIAH dari Allah SWT.


Semoga cerita ini bermanfaat

Salam Cinta Buah Hati (SCBH)

Tidak ada komentar: